Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
William Henley
Pendiri Indosterling Capital

Pendiri Indosterling Capital

Menyiasati Defisit Neraca Transaksi

Kompas.com - 10/10/2018, 12:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Latief

KOMPAS.com - Pergerakan nilai tukar rupiah, terutama terhadap dolar Amerika Serikat (AS), masih menjadi topik perbincangan utama di kalangan masyarakat. Sampai hari ini, mulai begawan ekonomi hingga rakyat jelata, masih membicarakan kinerja mata uang garuda.

Kenyataan itu tidaklah mengherankan, apalagi pada pekan pertama Oktober 2018 ini nilai tukar rupiah menembus level psikologis baru, yaitu Rp 15.000 per dollar AS.

Berdasarkan penelusuran, terakhir kali mata uang garuda berada pada level itu adalah pada Juli 1998. Saat tulisan ini dibuat, pekan kedua Oktober 2018, nilai tukar rupiah sudah pada level Rp 15.200 per dollar AS.

Penyebab pelemahan rupiah masih belum berubah banyak. Faktor utama adalah tekanan eksternal yang dipicu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) hingga perang dagang antara AS dan China.

Adapun faktor tambahan lain yang tak kalah penting adalah defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Mengutip data Bank Indonesia (BI), defisit kuartal II mencapai 8 miliar dolar AS atau 3 persen terhadap PDB. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2018 sebesar 5,7 miliar dollar AS atau 2,1 persen terhadap PDB.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam UOB Economic Outlook 2019 memprediksi defisit neraca transaksi berjalan akan berada pada kisaran 3 persen terhadap PDB. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk menekan defisit itu adalah menaikkan harga BBM.

Solusi itu pernah ditawarkan Menteri Keuangan pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu Chatib Basri.

Lalu, apakah menaikkan harga BBM efektif untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan dan bermuara pada penguatan rupiah?

Impor minyak

Defisit neraca transaksi berjalan adalah ukuran perdagangan suatu negara di mana nilai barang dan jasa yang diimpor melebihi nilai barang dan jasa yang diekspor. Bersama dengan defisit anggaran negara, kedua komponen itu menjadi indikator utama investor perseorangan maupun perusahaan dari berbagai negara berinvestasi.

Pergerakan nilai tukar pun berkaitan erat kedua komponen itu. Ketika defisit melebar hingga melebihi konsensus internasional, maka nilai mata uang pun melemah.

Khusus untuk Indonesia, neraca transaksi berjalan mengalami defisit sejak kuartal IV 2011. Ketika itu, pemicu utama adalah penurunan kinerja ekspor akibat harga komoditas yang anjlok.

Di sisi lain, kinerja impor tak surut akibat impor minyak mentah dan hasil minyak yang meroket.

Pemerintahan Presiden SBY kemudian mengambil langkah yang tidak populis, yaitu menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013 atau untuk pertama kali sejak 2008. Premium naik dari Rp 4.500/liter menjadi Rp 6.500/liter, sedangkan solar naik dari Rp 4.500/liter menjadi Rp 5.500/liter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com