Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Peneliti IPB Beberkan Fakta Produksi Beras Lokal Surplus

Kompas.com - 11/10/2018, 11:20 WIB
Mikhael Gewati

Editor


KOMPAS.com
Peneliti Pusat Studi Bencana Institut Pertanian Bogor (IPB), Pri Menix Dey menilai, berbagai program terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) hingga saat ini telah terbukti mampu meningkatkan produksi pangan, khususnya beras. 

Menix mengatakan, hal itu berdasarkan data produksi padi di Indonesia dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil rapat koordinasi bersama Kementan.

Pada 2014 produksi padi di RI mencapai 70,8 juta ton gabah kering giling (GKG). Lalu berturut-turut naik menjadi 75,4 juta ton GKG (2015), 79,4 juta ton GKG (2016),  81,1 juta ton (2017). 

“Selain disebabkan perbaikan produktivitas, peningkatan produksi ini juga karena peningkatkan luas panen yang disebabkan adanya peningkatan indek pertanaman, khususnya pada lahan-lahan yang tidak berkompetisi dengan tanaman lainnya," kata Pri Menix Dey di Bogor dalam siaran pers, Kamis (11/10/2018).

Hal itu pun, kata Menix sudah terlihat di Jawa Barat. Di sana banyak lahan sawah yang dulu hanya satu kali tanam, tapi sekarang bisa dua hingga tiga kali tanam.

Koordinator Nasional Indonesia Food Watch (IFW) ini pun menegaskan peningkatan produksi padi akan terus terjadi pada tahun ini. Hal ini terlihat dari data Angka Ramalan (ARAM) I 2018 BPS yang menyebut, produksi padi diperkirakan meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 83,0 juta.

Mengacu data produksi ini, diperkirakan pada  2018 produksi beras mencapai 48 juta ton, sementara kebutuhan beras dalam negeri sekitar 30 hingga 33 juta ton per tahun. 

“Ini menunjukkan produksi dalam negeri sudah jauh melebihi kebutuhan dalam negeri. Stok beras tidak hanya ada di gudang Bulog, tetapi juga ada di rumah tangga, industri, hotel, restoran, dan katering, " kata dia.

Stok beras nasional aman dan harganya relatif stabilDOK Humas Kementerian Pertanian Stok beras nasional aman dan harganya relatif stabil
Berangkat dari paparan fakta tersebut, maka Pri Menix mengatakan, pada dasarnya Indonesia tidak perlu impor beras. Bahkan dengan produksi sebesar itu, negeri ini masih punya cukup banyak kelebihan beras untuk memenuhi kebutuhan tahun depan.

Terkait keakuratan data produksi di atas, Pri Menix menilai tidak ada keraguan terhadap data produksi beras yang disajikan pemerintah saat ini.

Pasalnya, metode pengumpulan data produksi padi yang masih dipakai saat ini sudah lama ditentukan secara bersama-sama oleh BPS dengan Kementan.

Baik sebelum tahun 2015 maupun sampai saat ini metode tersebut tidak berubah, yaitu tetap berpedoman pada survei pertanian yang telah disepakati BPS dan Kementan.

“Artinya, data yang dikumpulkan juga merupakan hasil pengolahan BPS kemudian disinkronisasikan pada rapat pembahasan Angka Tetap, Angka Sementera, Angka Ramalan yang dihadiri oleh semua perwakilan BPS pusat dan provinsi serta dinas-dinas pertanian seluruh Indonesia,” tegasnya.

Selain itu, Pri Menix menilai, upaya pemerintah yang secara terus menerus meningkatkan produksi beras dalam negeri untuk memenuhi kebutuhannya merupakan pilihan yang bijak.

Hal ini sangat beralasan karena dengan kondisi pasar beras dunia yang tipis, yakni beras yang diperdagangkan tidak lebih dari 10 persen dari total produksi beras dunia.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com