SUKABUMI, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya keras memperkuat perekonomian nasional melalui surplusnya neraca perdagangan. Langkah yang dilakukannya adalah memacu peningkatan volume ekspor.
"Komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi atau ekspor sangat banyak. Sesuai arahan Menteri Pertanian untuk meraup dollar dari sektor pertanian, kami melirik pengembangan budidaya tanaman hias, bunga Bambu Suji dan Lidah Mertua yang permintaan ekspornya sangat tinggi," ujar Direktur Jenderal Hortikuktura Kementan, Suwandi, saat mengunjungi budidaya dan industri tanaman hias CV Asia Prima di Sukajaya, Salabintana, Sukabumi, Jumat (12/10/2018).
Untuk meningkatkan volume ekspor tanaman hias Bambu Suji dan Lidah Mertua, lanjut Suwandi, Kementan akan mendorong pengembangan budidaya melalui pola kemitraan. Petani binaan akan diperluas dan kelembagaannya diperkuat agar sehingga budidayanya bisa berskala korporasi.
"Ke depan kami akan mendorong pengembangan budidaya Bambu Suji dan Lidah Mertua melalui pola kemitraan. Peluang budidayanya besar dan dilakukan petani. Jadi, kita bina petaninya, dan petani binaan diperluas," jelasnya.
"Ini bisa dijadikan pendapatan sampingan petani yang mata pencaharian utamanya menanam padi atau sayuran. Peluang usahanya sangat besar, budidayanya bisa pakai pekarangan rumah," tambahnya.
Eksportir tanaman hias sekaligus pemilik CV Asia Prima, Tarempa Patuo, mengaku memulai ekspor Bambu Suji atau dracina sanderiana sejak 1997. Selain Bambu Suji, dia juga tanaman hias lainya berupa Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata).
Budidaya kedua jenis tanaman hias itu, lanjut Tarempa, dilakukan oleh para petani sehingga membangun pola kemitraan dengan ratusan petani. Bambu Suji dirangkai dalam berbagai bentuk, seperti Pagoda, Guci dan Nanas. Harga per rangkai bervariasi, mulai Rp 15.000 sampai Rp 150.000.
"Bambu Suji kami ekspor ke Korea, Singapore, Malaysia dan Australia, bahkan Amerika. Dari tahun ke tahun trennya terus meningkat. Kalau Lidah Mertua diekspor ke Korea dan Singapore," kata Tarempa.
Menurut dia, tingginya permintaan ekspor Bambu Suji karena telah bergesernya pemanfaatan. Dulu, menurut Tarempa, kebutuhannya bersifat musiman, yakni untuk tahun baru Korea. Sekarang, tren itu sudah bergeser sebagai tanaman hias untuk dekorasi rumah dan permintaanya sangat tinggi.
"Permintaan dari Belanda pun belum bisa dipenuhi. Ini bisnis di sektor pertanian yang sangat menguntungkan dan nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Tarempa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.