Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Timothy Marbun
News Anchor

News Anchor & Executive Producer Kompas TV

Demonstran Anti-Bank Dunia Itu Kini justru Menjadi Pemimpinnya

Kompas.com - 12/10/2018, 18:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TEPAT pukul 09.30 Wita, Kamis (11/10/2018), saya dan kru Kompas TV sudah berada di dalam salah satu ruangan di kawasan Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali.

Ruangan yang masih tampak jelas bahwa awalnya adalah kamar tidur hotel itu telah disulap menjadi studio mini oleh tim broadcast International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia untuk mengakomodasi media televisi yang membutuhkan tempat untuk melakukan wawancara.

Lemari kamar sudah penuh dengan kotak-kotak peralatan kami, bahkan toilet pun sudah menjadi gudang untuk perabotan yang disingkirkan untuk memberi ruang bagi kamera-kamera kami.

Yang ditunggu pagi itu adalah Jim Yong Kim. Nama ini mungkin sedang sering-seringnya Anda dengar kalau Anda mengikuti perhelatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia yang berlangsung di Bali 8 hingga 14 Oktober 2018. Dia adalah Presiden Grup Bank Dunia.

Jadwal wawancara ini bukan hal yang mudah didapatkan. Wajar saja, bersama Managing Director of IMF Christine Lagarde, Presiden Grup Bank Dunia adalah penyelenggara pertemuan akbar taraf internasional ini, dan Indonesia adalah tuan rumahnya.

Sedikit meleset dari jadwal, karena harus melayani wawancara lain, Jim dan rombongannya akhirnya tiba di mini studio kami pukul 10.00. Jim, yang hari itu mengenakan kemeja endek khas Bali, menyapa dengan senyum lebar.

"Tim, nice to meet you again!"  ujar Jim saat kami berjumpa. "Always a pleasure, Jim," jawab saya, cukup senang karena ia masih ingat perbincangan terakhir kami di sebuah acara yang berlangsung di aula kampus Universitas Indonesia di Salemba, 2 tahun silam.

Jim pun mengenakan mikrofon clip on, kamera dinyalakan, dan wawancara pun dimulai.

Antisipasi gempa

Salah satu pertanyaan awal saya adalah, "Apakah Anda merasakan gempa tadi pagi?" Ini mengacu pada gempa di Situbondo yang terjadi pada dini hari 11 Oktober itu.

"Ya, saya sangat merasakannya. Saya terkejut, kok ranjang saya terasa bergoyang?" jawab Jim. Ia menyambung, "Pertanyaan pertama yang muncul di kepala saya adalah apakah ada bahaya tsunami? Apa kerusakan yang ditimbulkan? Tapi dalam waktu singkat, tim saya langsung mengabari saya kondisi terbaru, dan sigap mengantisipasinya."

Meski sempat khawatir, Jim mengaku justru pernah beberapa kali merasakan gempa dengan guncangan lebih hebat saat berada di Los Angeles, Amerika Serikat, tempat keluarganya tinggal.

"Gempa menjadi salah satu hal yang sempat membuat banyak kalangan ragu untuk meneruskan rencana ajang internasional di Indonesia. Menurut Anda, perlukah dikhawatirkan?" tanya saya.

Jim menjawab, "Kami (World Bank) sebenarnya telah merancang berbagai rencana untuk beragam skenario kejadian. Kami bahkan telah melakukan penilaian independen untuk mengetahui bagaimana ketahanan dan kekuatan gedung-gedung di sini untuk menghadapi bencana, dan ini memberi kami keyakinan bahwa kalaupun ada kejadian, maka kami siap dengan rencana tanggap darurat yang matang."

Pembahasan pun berlanjut tentang bagaimana Bank Dunia terkesima akan kekreatifan warga Indonesia untuk bangkit dari bencana. Ia mencontohkan program "Rekompak" yang dilakukan di Aceh pascabencana besar tsunami.

Program ini melibatkan masyarakat lokal untuk menentukan bagaimana mereka mau menata wilayah mereka kembali, sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Menurut Jim, inisiatif ini justru menghemat 30 persen biaya pembangunan dari skema biaya awal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com