Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merencanakan Masa Depan yang Ideal Versi Anda? Perhatikan Hal Ini

Kompas.com - 15/10/2018, 08:09 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Ide awal dari penulis esai Charles Chu soal kehidupan yang sempurna dapat dikenali oleh siapa saja yang menginjak 22 tahun dan masih idealis. Keliling dunia, menjadi pengusaha, atau menikahi seorang akaedemisi yang sama-sama memuja sastra dan matematika.

Itu adalah "Rencana Delapan Tahun" -nya, dan jawaban atas ketidakpuasan dan isolasi sosialnya saat ini.

Dalam bagian untuk Proyek Polymath, Chu menjabarkan mengapa rencana itu begitu salah arah dan mengapa ia akhirnya menghapus semua itu.

Baca juga: Bisnis Keluarga Indonesia Paling Siap Hadapi Masa Depan

Hidup tidak bisa dikendalikan

Banyak orang yang mencoba untuk menciptakan rutinitas harian sempurna selain merencanakan untuk beberapa tahun berikutnya atau lebih dari hidupnya.  Hal itu dengan meniru rutinitas orang-orang sukses seperti Richard Branson dan Jeff Bezos.

Namun, seperti yang ditulis Chu, "Hidup selalu lebih di luar kendali kita daripada yang kita inginkan." Sangat jarang mungkin untuk berhasil menyelaraskan kehidupan nyata dengan bangun jam 5 pagi, meditasi, dan sesi latihan khusus.

Banyak orang yang menjauh dari terobsesi pada rutinitas pagi yang sempurna atau rencana hidup. Misalnya Laura Vanderkam. Penulis buku What the Most Successful People Do Before Breakfast ini, tidak memiliki rutinitas pagi.

Salah satu alasannya adalah orang-orang menjadi terbiasa dengan rutinitas sempurna tersebut, jika mereka kehilangan hal kecil dari rutinitas itu, mereka akan membatalkan seluruh rencana.

Fokus pada membangun kehidupan yang sempurna dapat mengurangi keindahan hari ini

Alih-alih terobsesi dengan kehidupan yang sempurna, kita harus menghargai saat ini sebagaimana adanya.

Kehidupan yang benar-benar sempurna "adalah sesuatu yang hanya bisa ada dalam imajinasi ataau dalam kasus saya, ada saat 5-8 tahun di masa depan," tulis Chu.

Terobsesi dengan sesuatu yang tidak ada, justru akan kehilangan apa yang bisa dinikmati hari ini.

Etos produktivitas saat ini dalam merancang diri ideal kita melalui rutinitas pagi yang merana dan rencana yang tinggi tidak membantu kita menghargai momen saat ini.

“Kehidupan yang sempurna selalu ada resiko, tetapi jika Anda berhenti cukup lama dan bernafas, Anda mungkin menemukan bahwa kehidupan yang paling layak adalah di sini, tepat di bawah kaki Anda,” kata Chu.

Berfokus pada saat ini adalah keterampilan yang dapat dikembangkan. Salah satu cara utamanya adalah dengan bermeditasi yang memaksa kita untuk menyadari momen kita saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com