JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut ada sejumlah risiko yang menghantui proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia ke depan. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing 5,6 dan 5,4 persen.
Hal tersebut diungkapkan IMF dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific edisi Oktober 2018. Laporan tersebut dirilis pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.
IMF mengidentifikasi tiga risiko yang memengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia.
1. Perang dagang AS-China
Risiko pertama adalah peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan China yang dimulai sejak awal tahun 2018.
Kebijakan tersebut akan berpengaruh kepada banyak negara lainnya. IMF menyebut, berlanjutnya perang dagang akan menurunkan keyakinan, melukai pasar keuangan, mengganggu rantai pasok, serta membuat investasi dan perdagangan menciut.
"Model simulasi menunjukkan bahwa pertumbuhan (ekonomi) di Asia bisa turun hingga 0,9 persen dalam beberapa tahun ke depan (akibat perang dagang)," tulis IMF dalam laporannya.
Selain itu, IMF juga menyatakan bahwa kebijakan proteksionisme yang meluas aka membuat harga barang-barang konsumsi menjadi tidak terjangkau. Akibatnya, inflasi bisa menanjak.
2. Pengetatan kondisi keuangan global
IMF menjelaskan, tanda-tanda inflasi di AS yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mendorong bank sentral AS Federal Reserve dan bank sentral negara-negara maju lainnya memberlakukan pengetatan kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga lebih cepat pula.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.