Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang hingga Suku Bunga AS Jadi Risiko Pertumbuhan Asia

Kompas.com - 16/10/2018, 14:43 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut ada sejumlah risiko yang menghantui proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia ke depan. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing 5,6 dan 5,4 persen.

Hal tersebut diungkapkan IMF dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific edisi Oktober 2018. Laporan tersebut dirilis pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.

IMF mengidentifikasi tiga risiko yang memengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia.

1. Perang dagang AS-China

Risiko pertama adalah peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan China yang dimulai sejak awal tahun 2018.

Kebijakan tersebut akan berpengaruh kepada banyak negara lainnya. IMF menyebut, berlanjutnya perang dagang akan menurunkan keyakinan, melukai pasar keuangan, mengganggu rantai pasok, serta membuat investasi dan perdagangan menciut.

"Model simulasi menunjukkan bahwa pertumbuhan (ekonomi) di Asia bisa turun hingga 0,9 persen dalam beberapa tahun ke depan (akibat perang dagang)," tulis IMF dalam laporannya.

Selain itu, IMF juga menyatakan bahwa kebijakan proteksionisme yang meluas aka membuat harga barang-barang konsumsi menjadi tidak terjangkau. Akibatnya, inflasi bisa menanjak.

2. Pengetatan kondisi keuangan global

IMF menjelaskan, tanda-tanda inflasi di AS yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mendorong bank sentral AS Federal Reserve dan bank sentral negara-negara maju lainnya memberlakukan pengetatan kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga lebih cepat pula.

Peningkatan ketegangan perdagangan dan ketidakpastian politik juga bisa berimbas pada kondisi keuangan yang mengetat.

"Gejolak yang terjadi di sejumlah negara emerging markets bisa bertambah parah, dengan dampak negatif di Asia melalui penurunan arus modal dan ongkos pembiayaan yang lebih mahal," ujar IMF.

Simulasi yang dilakukan IMF menggunakan Flexible System of Global Models menunjukkan bahwa kondisi keuangan global yang mengetat dapat berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Asia sebesar 0,75 persentase poin.

3. Risiko dari dalam negeri

IMF memberi contoh, kebijakan makro di China fokus untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kerentanan finansial. Namun, dengan perubahan kebijakan menjadi stabilisasi pertumbuhan ekonomi menjadi risiko jangka menengah untuk China dan seluruh kawasan Asia.

Negara-negara di Asia juga menghadapi risiko lainnya dari dalam negerinya masing-masing. Ini termasuk tingginya peran swasta di sejumlah negara seperti Korea Selatan, pasar properti yang terlampau tinggi di Hong Kong dan Australia, hingga lambatnya implementasi reformasi struktural di India.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com