Akademisi dan praktisi bisnis yang juga guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sejumlah buku telah dituliskannya antara lain Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Disruptions, Tommorow Is Today, Self Disruption dan The Great Shifting. Atas buku-buku yang ditulisnya, Rhenald Kasali mendapat penghargaan Writer of The Year 2018 dari Ikapi
Di rumah, anak-anak muda itu tetaplah anak-anak, tetapi dalam dunia baru itu mereka adalah idola kaum muda. Dan kegiatan mereka itu tak lepas dari mata para menteri keuangan dunia. Itu sebabnya muncul bahasan Bali Fintech Agenda, dengan dorongan untuk merelaksasi aturan dan mendorong pelibatan fintech dalam inklusi keuangan.
Potensi Digital Indonesia
Pada tahun 2016, menurut laporan Huawei dan Oxford Economics yang berjudul Digital Spillover, ekonomi digital dunia mencapai 11,5 triliun dollar. Ini sama dengan 15,5 persen dari GDP dunia. Lalu kurang dari satu dekade kemudian angkanya meningkat luar biasa menjadi 25 persen GDP dunia. Bagaimana dengan potensi digital Indonesia?
Dalam laporannya belum lama ini, McKinsey menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia sekarang hampir sama dengan China pada tahun 2010, berdasarkan indikator-indikator seperti penetrasi e-retail, GDP per kapita, penetrasi internet, pengeluaran ritel, dan urbanisasi.
Pada tahun 2017, nilai perdagangan online Indonesia mencapai 8 miliar dollar. Nilai ini meningkat menjadi 55 sampai 65 miliar dollar pada tahun 2022. Sedangkan penetrasi pengguna internet meningkat dari 74 persen penduduk menggunakan internet saat ini menjadi 83 persen pengguna di tahun 2022.
Benarlah Jack Ma saat berbicara di IMF-World Bank Group annual meeting beberapa hari yang lalu, "tiga puluh tahun yang lalu, jika tidak ada aliran listrik, maka negara tersebut tidak memiliki harapan. Sekarang, acuannya bukan lagi aliran listrik, melainkan koneksi internet."
Akses internet yang buruk sama artinya dengan hilangnya kesempatan anak-anak muda untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan.
Perlu dicatat, di Asia Tenggara saat ini sudah ada 8 Unicorn dan setengahnya berasal dari Indonesia. Mereka antara lain: Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Begitupun dengan nilai pendanaan yang didapat Indonesia dari venture capital selama tiga tahun ini mencapai 38 persen dari total pendanaan di Asia Tenggara.
Dampak Perdagangan Online
Dengan pencapaian saat ini saja, dampak yang dihasilkan luar biasa. Mengacu pada laporan McKinsey (2018), perdagangan online memiliki dampak di empat area. Pertama, financial benefits. Saya kira ini jelas. Indonesia adalah pasar terbesar untuk e-commerce di Asia Tenggara. Nilainya saat ini kurang lebih 2,5 milyar dollar dan akan menjadi 20 milyar dollar di tahun 2022.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.