Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Winter is Coming" dari Jokowi, Sinyal Sekaligus Sindiran

Kompas.com - 17/10/2018, 18:07 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pidato Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 dimaknai dalam beberapa hal. Jokowi menggunakan analogi tantangan perekonomian dunia di masa mendatang dengan mengutip cerita serial televisi Game of Thrones, dibuka dengan kalimat "Winter is Coming".

"Pidatonya Pak Presiden itu diberikan sebagai sinyal bagi seluruh negara di dunia tentang apa yang akan datang nanti," kata Direktur Group Surveilance dan Stabilitas Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan, Doddy Ariefianto, dalam sebuah diskusi di Hotel Millenium, Rabu (17/10/2018).

Sinyal yang dimaksud adalah potensi risiko dari apa yang sudah terjadi saat ini, di antaranya perang dagang, upaya normalisasi di Amerika Serikat melalui kenaikan suku bunga, serta dinamika harga minyak mentah dunia.

Dengan mengumpamakan bahwa musim dingin akan datang, Doddy menilai Jokowi sekaligus mengingatkan negara-negara untuk bersiap-siap menghadapi potensi risiko tersebut.

Baca juga: Jokowi: Tak Ada Artinya Jadi Kekuatan Ekonomi Terbesar di Dunia yang Tenggelam

"Ini memang sudah disinyalir, bahkan oleh lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Ini sebagai wake up call yang mendapat apresiasi luar biasa. Seberapa mampu kita bisa mempersiapkan diri," tutur Doddy.

Pada kesemapatan yang sama, Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang mengungkapkan, analogi "Winter is Coming" sebagai sindiran terhadap negara-negara yang saling bertikai selama ini. Dampak negatif pertikaian tersebut telah dirasakan, khususnya oleh negara-negara berkembang.

"Itu sindiran dari pemerintah Indonesia kepada negara-negara lain, bahwa kita siap. Bahwa akan ada sesuatu yang mungkin tidak terjadi di negara kita, tapi kita sudah siap. Itu adalah tanda untuk negara-negara lain, khususnya saya rasa bagi AS, Uni Eropa, dan China," ujar Stephanus.

Kesiapan dari ketahanan ekonomi Indonesia dirasa sudah lebih matang dibanding negara berkembang lain. Menurut Doddy, hal itu terlihat dari capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih terbilang bagus di tengah ketidakpastian dan tekanan dari eksternal.

"Kalau bicara depresiasi, bahkan negara yang surplus transaksi berjalan, mengalami tekanan. Apalagi negara kita yang defisit, yang membutuhkan dollar AS dari luar. Tapi, kita masih bisa tumbuh," sebut Doddy.

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, realisasi pertumbuhan ekonomi per semester I 2018 tercatat sebesar 5,17 persen. Sampai akhir tahun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2 persen dan 5,3 persen sebagai proyeksi untuk tahun depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com