Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Pilih Tidak Tuduh China Manipulator Nilai Kurs

Kompas.com - 19/10/2018, 06:30 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber BBC

WASHINGTON, KOMPAS.com - Amerika Serikat tengah menahan diri untuk tidak menuduh China memanipulasi mata yuan dengan sengaja melakukan depresiasi.

Washington menahan diri untuk tidak menyebut China sebagai manipulator mata uang sebagai salah satu langkah agar dapat membantu meredakan ketegangan perdagangan yang meningkat di antara kedua negara.

Presiden Donald Trump sebelumnya sempat menuduh China membiarkan mata uangnya melemah terhadap dollar AS untuk membuat ongkos ekspor menjadi lebih kompetitif.

Spekulasi yang muncul bahwa Departemen Keuangan AS akan membuat klaim tersebut pun nyatanya tak terbukti.

Dikutip dari BBC, Jumat (19/10/2018), Departemen Keuangan mengatakan masih akan mengawasi kebijakan-kebijakan China.

Pasalnya, Beijing dinilai kurang transparan dalam kebijakan terkait nilai tukar mata uang mereka. Melemahnya yuan menjadi tantang utama bagi AS untuk mencapai perdagangan yang lebih berimbang.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam laporan mengenai kebijakan pertukaran mata uang asing mitra dagang utama AS mengatakan, pihaknya tidak menemukan bahwa China secara sengaja melakukan intervensi untuk menurunkan nilai mata uangnya.

Sebagai informasi, nilai tukar yuan telah jatuh ke level terendah terhadap dollar AS sejak Januari 2017.

Presiden Trump berpendapat pertumbuhan ekspor China ke AS telah menghancurkan pasar tenaga kerja di Amerika. Pihaknya pun telah menetapkan tarif lebih dari 250 miliar dollar AS produk impor dari China untuk membendung defisit perdagangan AS dengan China yang terus melebar.

Dirinya pun sempat menuduh China dengan sengaja melemahkan nilai tukar mata uangnya. Dollar AS telah menguat terhadap yuan dalam beberapa bulan terakhir, menciptakan berbagai spekulasi bahwa kemungkinan bulan ini laporan Departemen Keuangan akan berisi tuduhan manipulasi mata uang oleh China.

Namun, pada pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali, Indonesia pekan lalu, gubernur bank sentral China Yi Gang mengatakan Beijing tidak akan terlibat dalam devaluasi kompetitif atau menggunakan nilai tukar sebagai alat untuk menangani perselisihan perdagangan.

Di dalam laporan Departemen Keuangan tersebut juga dikatakan, AS tengah mamasukkan beberapa mitra dagangnya seperti India, Jepang, Jerman, Korea Selatan, dan Swiss ke dalam daftar pengawasan ekstra mereka.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com