Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Terpengaruh Kasus Khashoggi, Harga Minyak Justru Merosot Jadi 76 Dollar AS Per Barrel

Kompas.com - 24/10/2018, 06:30 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak Raja Salman mengambil alih kekuasaan pada tahun 2015, saat ini Saudi Arabia sedang menghadapi krisis internasional terbesar. Namun, sebagai negara eksportir minyak terbesar, hal tersebut tidak tercermin di dalam harga minyak mentah dunia.

Dikutip melalui CNBC pasar nampaknya tidak terpengaruh dengan kasus pembunuhan jurnalis sekaligus penduduk Amerika Serikat Jamal Khasoggi. Padahal dikhawatirkan dengan adanya kasus tersebut akan membuat suplai minyak Arab Saudi merosot.

Analis pun menyatakan, para pelaku pasar akan memanfaatan keuntungan dari harga minyak mentah bulan ini, lantaran investor akan melakukan aksi jual seiring dengan semakin meningkatnya risiko pasar.

Harga minyak telah jatuh setekah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi selama empat tahun pada tiga minggu lalu, meski terjadi ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi paska kejadian pembunuhan Khashoggi.

Harga minyak mentah Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) jatuh menjadi 66 dollar AS per barrel pada perdagangan Selasa (23/10/2018). Angka tersebut adalah yang terendah dalam dua bulan terakhir, atau anjlok 11 dollar AS sejak 3 Oktober 2018.

Adapun harga minya mentah acuan dunia, Brent, juga merosot pada kisaran 76 dollar AS per barrel. Angka tersebut lebih rendah 10 dollar AS dari level tertinggi 86 dollar AS.

Arab Saudi akhirnya mengakui pada hari Jumat lalu bahwa beberapa agennya terlibat di dalam kasus tewasnya Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul.

Insiden ini juga telah memantik seruan untuk menjatuhkan sanksi terhadap Arab Saudi akibat serangkaian kebocoran intelijen yang dilakukan pemerintah Turki dan merusak skenario yang telah dibuat oleh pemerintah Arab Saudi serta ancaman pembalasan dikhawatirkan juga akan dilakukan oleh kerajaan tersebut.

Skandal ini pun menimbulkan kecemasan bahwa Arab Saudi akan menolak meningkatkan output minyak mentahnya seperti yang sudah direncakan. Sebelumnya, pemerintah Trump telah meminta Saudi untuk mengisi kekosongan pasokan minyak akibat sanksi yang diterapkan kepada Iran mulai berlaku pada 4 November mendatang.

Namun, Menteri Enegeri Arab Saudi Khalid Al Falih telah memastikan pasar pada dua hari ini bahwa Arab Saudi tetap akan meningkatkan produksi seperti yang telah diumumkan.

Dia mengatakan, tidak ada niatan untuk menahan ekspor minyak setelah pemerintah merilis keterangan yang seakan mengancam untuk membalas pemerintah asing yang akan menghukum Saudi akibat kasus pembunuhan Khashoggi.

Falih pun mengatakan, produsen OPEC juga berupaya untuk memroduksi minyak sebanyak yang mereka bisa agar pasar tidak kekurangan pasokan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com