BENGKULU, KOMPAS.com – Kala matahari mulai tampak, perlahan hawa dingin itu berganti sejuk. Kabut yang sedari malam menutupi hampir seluruh wilayah desa pun mulai pergi. Ini tandanya, hari baru telah datang dan warga desa siap beraktivitas kembali.
Ya, kira-kira begitulah suasana sehari-hari di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Petani adalah profesi mayoritas yang ditekuni oleh warga desa ini. Tak heran, karena memang hampir sebagian besar lanskap desa merupakan perbukitan dengan tanah yang subur.
Sayur mayur seperti tomat, sawi, kembang kol, brokoli, daun bawang, serta cabai merah merupakan komoditas perkebunan yang dihasilkan dari Desa Sumber Urip. Bahkan, sayur yang terakhir disebut itu merupakan komoditas unggulan.
Kepala Desa Sumber Urip Yadi Sutanto menjelaskan, cabai merupakan sayuran yang sudah turun-temurun ditanam oleh leluhur mereka. Jenis cabai yang paling banyak ditanam adalah cabai merah keriting.
“Jenis cabai ini punya banyak keunggulan, beberapa di antaranya tahan lama untuk dikirim jarak jauh, tampilan menarik, dan mempunyai rasa pedas yang berkarakter,” ujarnya kepada Kompas.com pada Kamis (11/10/2018).
Untuk masa panen, cabai merah keriting cenderung bisa dipanen seminggu sekali. Masa panen produktifnya mencapai tujuh minggu. Jadi, tanaman tersebut bisa dipanen sampai tujuh kali.
Cabai yang dihasilkan dari desa ini pun selanjutnya dikirim ke seluruh wilayah di Provinsi Bengkulu. Bahkan, cabai merah keriting yang dihasilkan Desa Sumber Urip juga dikirim ke Jambi, Padang, Pekanbaru, dan kota lainnya di Sumatera.
Dalam hal pengiriman dan pengangkutan hasil panen, warga begitu mengandalkan jalan desa. Dahulu sebelum jalan desa diperbaiki, warga harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya angkut hasil panen.
Namun, itu kisah lampau. Kini Desa Sumber Urip sudah membangun jalan desa menjadi lebih baik.
“Sejak pemerintah mengucurkan dana desa kepada Desa Sumber Urip, kami bisa membangun jalan rabat beton untuk membantu warga desa mengangkut hasil panennya. Sejak saat itu sampai sekarang kami sudah memperbaiki 3.400 meter jalan dan sedikitnya memangkas ongkos angkut yang tadinya Rp 30 ribu per karung sekarang menjadi hanya Rp 15 ribu per karung,” ujar Yadi.
Sebagai informasi, Desa Sumber Urip sudah mendapatkan dana desa dari pemerintah sejak tahun 2015. Pada tahun itu dana desa yang didapatkan sebesar Rp 272 juta.
Selanjutnya, secara berturut-turut dari tahun 2016 sampai tahun 2018, pemerintah menggulirkan dana desa senilai Rp 612 juta (2016), Rp 781 juta (2017), dan Rp 717 juta (2018).
Mengembangkan BUMDes
Selain digunakan untuk memperbaiki akses jalan, dana desa yang diterima juga dimanfaatkan untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Urip Jaya.
Saat ini BUMDes yang sudah dikelola sejak 2015 tersebut mempunyai beberapa unit kerja yang beberapa di antaranya fokus dalam pemberdayaan warga desa.
Unit tersebut adalah unit payment point of bank (POBB) sebagai pusat akses pembayaran listrik dan air, dan unit bokasi sebagai pusat layanan persediaan pupuk siap pakai.
Kemudian unit wisata sebagai pusat kelola potensi desa wisata, unit tenda yang menyediakan berbagai macam tenda untuk acara hajat warga, dan unit air bersih yang menyediakan air bagi warga yang membutuhkan (atau sedang berduka).
Ketua BUMDes Urip Jaya, Sigit Widianto menjelaskan, pemberdayaan masyarakat merupakan fokus utama BUMDes. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa dan mengembangkan potensi yang ada.
“Selain itu, kami juga berperan sebagai lembaga sosial yang diharapkan bisa membantu warga desa yang kesulitan. Misalnya kami mempunyai unit tenda dan unit air bersih. Unit-unit tersebut dimanfaatkan utamanya untuk membantu mereka yang sedang berduka, jadi bisa meringankan beban warga,” ungkapnya kepada Kompas.com.
Sigit juga menambahkan, bahwa BUMDes pun kerap memberikan pelatihan-pelatihan tertentu kepada warganya.
“Ada pelatihan petani lebah madu, pelatihan kuliner bagi ibu-ibu (pembuatan roti dan kue), pelatihan perbengkelan untuk pemuda desa, serta pelatihan di bidang perlindungan anak dan perempuan. Harapannya dengan pelatihan-pelatihan ini warga desa bisa menambah kemampuan dan pengetahuan mereka,” lanjut Sigit.
Dengan demikian selain mendapatkan penghasilan dari hasil kebun, warga desa juga mempunyai keahlian lain yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ekonomi mereka.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.