Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Menilik Hasil Perkebunan dan Peternakan Desa Sumber Urip di Bengkulu

Kompas.com - 25/10/2018, 12:00 WIB
Alek Kurniawan,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com – Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Desa Sumber Urip mempunyai ragam potensi hasil kebun yang begitu melimpah.

Sayur mayur seperti tomat, sawi, kembang kol, brokoli, daun bawang, serta cabai merupakan komoditas perkebunan yang dihasilkan dari desa yang terletak di Kecamatan Selupuh Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu ini.

Dari semua jenis sayuran tersebut, cabai adalah komoditas unggulan Desa Sumber Urip. Kepala Desa Sumber Urip Yadi Sutanto menjelaskan, jenis cabai yang paling banyak ditanam di kebun milik warga adalah cabai merah keriting.

“Jenis cabai ini punya banyak keunggulan, beberapa di antaranya tahan lama untuk dikirim jarak jauh, tampilan menarik, dan mempunyai rasa pedas yang berkarakter,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (11/10/2018).

Untuk masa panen, cabai merah keriting bisa dipanen seminggu sekali.

“Masa panen produktif cabai ini bisa sampai tujuh minggu, jadi sekali tanam bisa dipanen sebanyak tujuh kali,” jelas salah seorang petani yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa Sumber Urip, Hartono.

Setelah masa produktif usai, lanjut Hartono, warga desa bisa dengan mudah menanam bibit selanjutnya. Hal ini karena bibit cabai merah keriting begitu mudah dikembangbiakkan. Jadi, selain bisa menghemat biaya dalam pembelian bibit, warga desa juga menghemat waktu tanpa harus menunggu bibit kiriman datang.

Cabai merah keriting merupakan komoditas keunggulan Desa Sumber Urip. Cabai ini punya banyak keunggulan, beberapa di antaranya tahan lama untuk dikirim jarak jauh, tampilan menarik, dan mempunyai rasa pedas yang berkarakter.KOMPAS.com/ALEK KURNIAWAN Cabai merah keriting merupakan komoditas keunggulan Desa Sumber Urip. Cabai ini punya banyak keunggulan, beberapa di antaranya tahan lama untuk dikirim jarak jauh, tampilan menarik, dan mempunyai rasa pedas yang berkarakter.
Selain itu, biaya perawatan yang dilakukan petani terhadap jenis cabai ini juga tidak terlalu menguras kocek. “Perawatan dan penyemprotan untuk tanaman ini cenderung lebih hemat, kami biasanya cukup menggunakan pupuk organik dan mengurangi pemakaian zat kimia,” jelas Hartono.

Ternak lebah

Selain cabai sebagai komoditas utama, Desa Sumber Urip juga kaya akan produksi madu. Madu yang dihasilkan di desa ini berasal dari 85 sarang lebah yang tersebar di seluruh wilayah desa.

Saat ini, Desa Sumber Urip juga sudah memiliki kelompok tani madu bernama Kelompok Tani Madu Murni Kaba Jaya dengan jumlah anggota sebanyak 15 orang.

Salah seorang peternak lebah, Dedi Susanto menjelaskan, dalam sebulan mereka bisa memanen satu kali.

“Sekali panen untuk satu sarang lebah bisa mendapatkan 220 mililiter madu. Dari hasil tersebut kemudian bisa dihasilkan 4-5 botol untuk dijual ke pasaran. Harga sebotol madu yang kami jual seharga Rp 70.000,” ungkap Dedi.

Namun sayangnya, produksi madu yang dihasilkan oleh warga desa masih tergantung musim.

“Ketika musim hujan, produksi madu yang dihasilkan lebah tidak begitu banyak. Hal ini karena hujan bisa menghalangi lebah untuk terbang jauh mencari makan. Sedangkan masa puncak produksi mereka ada pada musim kemarau,” lanjut Dedi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com