Dengan metode baru ini, pada 2018 diperkirakan Indonesia hanya surplus 2,85 juta ton. Menurut Bambang, angka ini dinilai terlalu under estimate.
“Jika surplus beras dihitung dari cadangan yang dipegang Bulog dan cadangan beras di masyarakat, maka perhitungan surplus ini menjadi kurang masuk akal,” ucapnya.
BACA JUGA: Jangan Sampai Data Baru BPS Jadi Alasan Impor Pangan 2019
Menurut catatan Bulog, sampai bulan Oktober ini pengadaan beras dalam negeri telah mencapai 1,5 juta ton. Dari jumlah ini 700.000-an ton sudah dipakai untuk beras rastra, operasi pasar dan bantuan bencana alam.
Sisa cadangan beras pengadaan dalam negeri sekarang sekitar 800.000 ton. Selain beras tersebut, Bulog juga memegang cadangan beras kelas premium sebesar 150 ribu ton.
Karena itu, Bambang menjelaskan, saat ini dari pengadaan beras dalam negeri Bulog memegang sekitar 950.000 ton. Jika disebutkan angka surplus beras hanya 2,85 juta ton, maka cadangan beras yang berada di masyarakat atau rumah tangga hanya 1,9 juta ton.
Lebih lanjut Bambang menjelaskan, jika diasumsikan jumlah rumah tangga di Indonesia sebesar 100 juta kepala keluarga (KK), maka cadangan surplus beras yang di rumah tangga hanya 19 kg per KK per tahun.
“Ini tidak masuk akal, tahun 2015 kalo tak salah BPS telah melakukan survei surplus beras di rumah tangga mencapai 7,5 kg per bulan atau 90 kg per tahun. Hal ini menunjukkan metode baru tersebut masih tetap perlu diuji validitasnya, logika modelingnya,” tandas Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.