Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Entrepreneur Indonesia Melawan Dominasi Produk Impor

Kompas.com - 29/10/2018, 12:44 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Diajeng Lestari, CEO Hijup, tak memiliki latar belakang bisnis atau manajemen. Ide membangun brand pakaian muslim tercetus dari kesehariannya memakai hijab dan tren orang mulai menggeluti fashion muslim.

Saat itu, ia prihatin karena produk pakaian di Indonesia seolah tak mampu membendung arus impor dari luar. Bahkan, hijab yang menjadi tren dan banyak dijual di pasar, mall, dan toko online didominasi dari China. Padahal Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar.

"Kita harus pertanyakan ke diri sendiri, mau membuat pertahanan nasional kita lebih kuat apa lebih lemah. Mau memperkuat produksi apa konsumsi," ujar Diajeng dalam acara Indonesia Youth Entrepreneur Summit 2018 di Jakarta, Minggu (28/10/2018).

Diajeng mengatakan, banyak distro yang dikelola lokal tutup karena kalah persaingan dengan produk impor. Salah satu cara memperjuangkan produk lokal agar berkuasa di negara sendiri, kata dia, adalah dengan menjadi entrepreneur

Baca juga: Entrepreneur Sukses, Orang Langka atau Punya Koneksi Luas?

Apalagi saat ini untuk masuk ke dunia bisnis relatif semakin mudah, semakin sedikit hambatannya. Hanya bermodal toko online pun bisa memasarkan produk yang dihasilkan.

"Sekarang, bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada. Bagaimana memberdayakan desainer Indonesia," kata Diajeng.

Sekarang, Hijup milik Diajeng sudah merambah Kuala Lumpur dan London. Ia membuktikan, produk lokal tak hanya berjaya di negara sendiri, tapi mampu diterima di negara lain.

Mempertahankan poduk lokal juga dilakukan Bukalapak, marketplace besutan Muhamad Fajrin Rasyid. Sejak didirikan 2010 hingga saat ini, Bulakapak memiliki sekitar 4 juta pelapak. Dari pelapak yang ada, mayoritas menjual produk lokal. Ia mengatakan, ada platform lain yang mayoritas menjual barang impor.

"Masalah ekspor-impor tidak sederhana. Yang bisa dilakukan bagaimana supaya kita isi platform online dengan lebih banyak barang lokal," kata Fajri.

"Kalau lebih banyak barang lokal tersedia, maka pembeli akan lebih banyak pilih barang lokal," lanjut dia.

Bukalapak turut hadir dalam acara pertemuan tahunan IMF-World Bank beberapa waktu lalu di Bali. Ternyata, mereka melakukan studi dan hasiknya dikatakan bahwa platform jual beli online turut berkontribusi mengatasi kesenjangan ekonomi. Fajri mengatakan, dulu citra pengusaha lekat dengan sektor tambang, kelapa sawit, dan sebagainya.

"Sekarang ada orang jualan hijab, makanan, melalui platform. Semakin banyak wirausaha tumbuh di negeri ini," kata dia.

Tantangan melawan gempuran produk impor juga dirasakan di sektor makanan dan minuman. Selama ini gerai kopi dan restoran cepat saji fastfood asal luar negeri selalu digemari. Kedainya tak pernah sepi, mulai dari pagi hingga malam.

Hal itu menjadi tantangan berat yang dihadapi Hendra Noviyanto sewaktu hendak mendirikan Warunk Upnormal. Dia dan timnya sekeras mungkin memutar otak mencari ide apa yang bisa mereka sajikan.

Jika membuat konsep restoran ayam cepat saji atau kedai kopi, mereka berpikir tentu akan kalah saing dengan, sebut saja KFC, Mc Donald, Starbuck, dan sebagainya. Sejak awal, mereka ingin mengusung makanan Indonesia, untuk menghadapi dominasi makanan ala India, Vietnam, dan Thailand yang tengah merajai pasar.

"Kami harus bersaing dengan asing, maka kami pilih Indomie. Sekarang siapa di Indonesia yang tidak pernah makan mi instan?" kata Hendra.

Untuk mengikuti selera pasar, Warunk Upnormal pun melakukan ekspansi. Mereka juga punya produk kopi dan mendirikan Upnormal Coffee Roaster.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com