Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Listrik Indonesia Tertinggal di Antara Negara Berkembang

Kompas.com - 07/11/2018, 14:00 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Konsumsi kelistrikan Indonesia pada 2017 mengalami peningkatan dari 957 kilowatt hour (kWh) per kapita pada 2016 menjadi 1.021 kWh secara nasional.

Meski pertumbuhannya baik, namun Indonesia belum bisa mengimbangi konsumsi listrik negara-negara tetangga di Asia. Data menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi 11 se-Asia dalam hal konsumsi kelistrikan.

"Di depan ada Korea Selatan, Taiwan, Brunei, Jepang, dan kita ada di chart bagian kanan (termasuk urutan kecil)," ujar Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta (APLSI) Arthur Simatupang dalam paparannya di kantor PwC Indonesia, Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Indonesia menggunakan 6-14 kali lebih sedikit listrik per kapita dibandingkan negara-negara berkembang tersebut. Meski begitu, Arthur optimistis konsumsi listrik di Indonesia terus meningkat seiring berjalannya program penambahan 35 gigawatt listrik oleh pemerintah.

Baca juga: Konsumsi Listrik Per Kapita Indonesia Masih Lebih Rendah dari Malaysia

"Selagi ekonomi Indonesia terus tumbuh, optimisme masih besar bahwa kita bisa mendongkrak konsumsi listrik," kata Arthur.

Distribusi listrik dianggap tak sebanding dnegan tingginya konsumsi yang lebih dirasakan di sentra industri seperti Jawa Barat. Serupa dengan Jawa Barat, kelistrikan juga terpusat di wilayah Jawa lainnya seperti Jakarta, Banten, Jawa Timur, dan Yogyakarta dengan rasio kelistrikan hampir 100 persen.

Sementara itu, di wilayah lainnya seperti Nusa Tenggara, Papua, dan wilayah timur lainnya listrik hanya bisa dirasakan sebagian dari masyarakat dengan rasio 60 persen.

Meski begitu, kelistrikan di Papua tercatat mengalami peningkatan yang signifikan dalam pengaliran listrik, yakni 47,78 persen pada 2016 menjadi 61,42 persen pada 2017.  Adapun  tingkat kelistrikan rata-rata secara nasional adalah 95,35 persen pada 2017, naik dibandingkan tahun sebelumnya yakni 91,16 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com