Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar Terus Anjlok, Dipicu Hasil Pemilu di AS?

Kompas.com - 08/11/2018, 07:10 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama sepekan terakhir, rupiah terus menguat terhadap dollar AS. Rupiah telah menguat 2,49 persen terhadap dollar AS pada pekan perdagangan ini.

Tak hanya itu, rata-rata mata uang global juga menguat seiring dollar AS yang melemah.

Global Head of Currency Strategy and Market Research FXTM Jameel Ahmad mengatakan, hasil pemilu paruh waktu yang menentukan Partai Demokrat akan mengendalikan Dewan Perwakilan,  sementara Republik menguasai Senat tidak menimbulkan banyak volatilitas di pasar finansial.

Namun, kata dia, pelemahan dollar AS akibat perkiraan pasar bahwa Demokrat akan memegang kendali dan menghambat kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Baca juga: Rupiah Terus Menguat, Ini Penyokongnya

"Dollar AS terus melemah terhadap banyak mata uang lainnya di sepanjang pekan ini, terkait dengan ekspektasi bahwa jika Demokrat mendapatkan kekuasaan, hal itu dapat memberikan hambatan legislatif terhadap penegakan kebijakan pro-Amerika Trump," ujar Ahmed dalam keterangan tertulis, Rabu (7/11/2018).

Ia mengatakan, investor sudah cukup memperkirakan hasil ini sehingga tidak banyak kegelisahan bagi investor. Tidak seperti beberapa peristiwa politik lainnya belakangan ini. Kenyataan Demokrat tidak berhasil mencapai gelombang penuh telah menghindarkan skenario terburuk bagi pasar finansial.

"Kemungkinannya memang kecil, tetapi sempat ada kekhawatiran bahwa Demokrat yang menguasai Senat dapat meningkatkan probabilitas pemecatan Trump," kata Ahmed.

Ia menambahkan, hal tersebut paling ditakuti oleh investor walaupun peluangnya kecil, karena itu dapat memicu risiko volatilitas yang sangat tinggi di pasar finansial. Selain itu, kemungkinan juga mengakibatkan potensi peristiwa black swan.
Baca juga: Ekonom: Penguatan Rupiah terhadap Dollar AS Hanya Sementara

Menurut dia, hal terpenting saat ini adalah apakah perubahan kekuasaan ini menggambarkan ketidakpastian seputar kebuntuan politik yang akan membebani dollar AS. Mata uang tersebut tetap berada di level yang sangat kuat dan tampak overvalued dibandingkan banyak mata uang lainnya.

Namun, tidak jelas apakah hasil pemilu ini akan menciptakan perubahan terhadap keputusan kebijakan asing dan perdagangan yang mendorong investor untuk melepas posisi dollar AS.

"Saat ini kami melihat tekanan jangka pendek terhadap dollar AS, namun kita tidak tahu berapa lama ini akan bertahan. Hal ini bergantung pada apakah perubahan kekuasaan dapat memengaruhi penegakan legislasi kebijakan Trump," tutur Ahmed.

Ia mengatakan, anjloknya dollar juga merambat ke sebagian besar G10 saat sesi Eropa berjalan.

"Investor perlu melihat bukti perubahan fundamental bahwa hasil pemilu paruh waktu benar-benar dapat berpengaruh di balik layar untuk mengantarkan dollar AS ke level yang lebih rendah lagi," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com