Pinjaman tersebut membantu banyak perempuan di perkampungan lebih sejahtera. Dari yang sebelumnya pemulung menjadi juragan rongsokan. Ada pula yang sukses menjadi pengepul sayur mayur.
“Rata-rata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat membutuhkan waktu 3-4 tahun dengan tiga kali pinjaman,” ucapnya.
Tak hanya itu, Komida tidak hanya membagikan uang, tetapi juga meningkatkan kapasitas dari peminjam dengan meningkatkan pendidikan dari anggotanya.
“Kami juga memberikan berbagai pelatihan, termasuk training hak anak dan kesehatan,” sebut dia.
Misal, anak memiliki hak mendapatkan pendidikan, kasih sayang, sandang, pangan, dan papan. Namun, ada orangtua yang tidak menyekolahkan anaknya karena tidak ada uang.
“Itu bukan alasan. Makanya kami berikan dana talangan pendidikan. Ada yang mencapai tiga tahun untuk siswa SMP dan SMA,” tuturnya.
Dengan dana talangan pendidikan ini, tidak ada lagi anak dari anggota yang tidak sekolah. Dana talangan diberikan dari TK hingga SMA. Hingga kini, sudah puluhan ribu anak yang terbantu.
Kemiskinan
Direktur Leiden Ethnosystem And Development (LEAD) Programme LJ Slikkerveer mengatakan, untuk mengurangi angka kemiskinan, Indonesia harus mengoptimalkan potensi bioculture yang dimiliki.
Caranya yakni dengan melakukan pembangunan yang menekankan pada indigenous community alias masyarakat lokal yang menguasai kearifan lokal (local wisdom).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.