Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moody’s: Ekonomi Turki Akan Terkontraksi Tajam

Kompas.com - 11/11/2018, 12:53 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Bloomberg

NEW YORK, KOMPAS.com – Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Service menyatakan, Turki dan Argentina akan mengalami kontraksi perekonomian dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan, Moody’s memprediksi pertumbuhan ekonomi Turki akan terkontraksi tajam.

Dikutip dari Bloomberg, Minggu (11/11/2018), nilai tukar mata uang lira Turki dan peso Argentina adalah dua mata uang berkinerja terburuk tahun ini. Pelemahan nilai tukar tersebut akan tertransmisi ke kontraksi ekonomi secara tajam.

Dalam laporannya, Moody’s menyebut kondisi tersebut disebabkan pelemahan pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang.

Moody’s memiliki pandangan yang tidak terlalu menggembirakan terhadap prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seperti Turki dan Argentina. Hal ini sejalan dengan pengetatan kebijakan moneter di negara-negara maju dan ketegangan perdagangan yang menghambat investasi di seluruh dunia.

Baca juga: Becermin pada Krisis Nilai Tukar Turki

Menurut Moody’s, kedua negara tersebut memiliki eksposur yang relatif tinggi terhadap pembiayaan eksternal. Oleh sebab itu, Turki dan Argentina dipandang sebagai negara berkembang yang paling rentan.

Ekonomi Turki kemungkinan besar akan terkontraksi pada paruh pertama tahun 2019, sejalan dengan anjloknya nilai tukar lira dan semakin tingginya biaya pinjaman. Moody’s menyatakan, kondisi-kondisi ini akan memengaruhi perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Turki, imbuh Moody’s, tidak akan kembali berada pada level positif hingga tahun 2020. Ini merupakan dampak parahnya konsolidasi moneter dan fiskal di bawah program Dana Moneter Internasional (IMF).

“Inflasi dua digit, kenaikan biaya pinjaman, dan terbatasnya kredit perbankan cenderung akan memberatkan daya beli rumah tangga, konsumsi swasta, dan investasi,” tulis Moody’s dalam laporannya.

Baca juga: Turki Ungkap Rencana Perangi Krisis Mata Uang

IMF pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Turki akan anjlok menjadi 0,4 persen pada tahun 2019 dari 3,5 persen pada tahun ini.

“Pelemahan (mata uang) lira, tingginya biaya pinjaman, dan peningkatan ketidakpastian memberatkan investasi dan permintaan,” kata IMF dalam laporannya yang dirilis pekan ini.

Adapun Moody’s memperkirakan pertumbuhan ekonomi Turki mencapai 1,5 persen pada tahun 2018 dan terkontraksi sebesar 2 persen pada tahun 2019. Turki pun terguling inflasi yang cukup  tinggi, yakni 25,2 persen pada Oktober 2018 dan diproyeksikan tetap pada kisaran dua digit pada tahun 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alfamidi Blak-blakan Soal Pentertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Alfamidi Blak-blakan Soal Pentertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Whats New
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Work Smart
J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Whats New
Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com