Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Apakah Amerika Serikat Akan Mengalami Resesi di Tahun 2020?

Kompas.com - 12/11/2018, 11:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sumber pendapatan utama bagi pemerintah AS adalah berasal dari pajak. Dalam rangka memenuhi janji kampanyenya, Presiden Donald Trump membuat kebijakan pemotongan pajak bagi korporasi hingga 50 persen yang menyebabkan laba bersih perusahaan dan pertumbuhan ekonomi meningkat.

Namun sisi negatifnya adalah sumber penghasilan negara berkurang sehingga harus ditutup dengan menerbitkan obligasi (meminjam uang) dalam jumlah yang semakin besar. Kondisi ini terjadi pada saat yang bersamaan dengan suku kenaikan suku bunga the Fed dan perang dagang dengan China.

Akibatnya investor menjadi lebih berhati-hati. Pemberian pinjaman (pembelian obligasi AS), walaupun dilakukan, investor cenderung memilih yang jangka pendek dibandingkan yang jangka panjang serta meminta imbal hasil yang lebih tinggi.

Hal inilah yang menyebabkan selisih yield 10 tahun dan 2 tahun mendekati nol atau bahkan berpotensi negatif.

Kondisi ini bisa saja membuat kebijakan bank sentral AS pada tahun 2019 berubah. Karena jika suku bunga tetap naik secara agresif, maka terjadinya resesi akan semakin cepat. Untuk itu, suku bunga AS pada tahun mendatang bisa jadi naik kurang dari 3 kali dan sangat mungkin akan turun pada akhir tahun.

Bagi Indonesia, hal ini menjadi berita positif karena tekanan bagi Bank Indonesia akan semakin berkurang untuk menaikkan BI Rate. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada tahun 2018 ini.

Nilai tukar yang kuat atau paling tidak stabil di kisaran Rp 14.000 – 15.000 akan berdampak positif terhadap kinerja saham, obligasi dan reksa dana. Secara historis, pada tahun politis kinerja investasi juga cenderung baik.

Demikian, semoga artikel ini bermanfaat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com