Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Stan Lee, Jagad Marvel, dan Kepahlawanan yang Didamba

Kompas.com - 14/11/2018, 08:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


STAN Lee is dead at 95! Saya mengetahuinya pertama kali dari berita CNN. Separuh dunia berduka. Mungkin kurang dari separuh. Mungkin hanya sedikit saja.
 
Tak banyak yang mengenal sosok Stan Lee. Ia adalah goresan pena di kepala sebelum wujud si Manusia Laba-Laba, Manusia Besi, Thor, Hulk dan manusia-manusia super lainnya tercetak di buku-buku komik puluhan tahun silam.

Stan Lee hanyalah sosok tak kasat mata yang peduli pada epik kepahlawanan, pada luka-luka yang tak kelihatan di balik kostum para pahlawan super yang diciptakannya.

Tak ada darah, hanya raut-raut muka letih dan lunglai para superheroes yang nyaris tumbang di tangan musuh-musuhnya.

Stan Lee tak berharap ia menjadi bagian di setiap kisah yang dia ciptakan itu. Menjadi bayangannya pun ia tak mau. Ia hanya ingin mengisahkan perlawanan tanpa henti. Saat komik bertransformasi di layar perak, Stan Lee tetaplah siluman yang duduk bersama para pemirsa.

Baca juga: Stan Lee Kerap Tampil Cameo, Ini 10 Video Penampilan Terbaiknya
 
Jelas sekali bagi saya, sosok Stan Lee ingin memberikan visualisasi kepada dunia, bahwa dunia – meski damai tanpa kejahatan – tetap memerlukan pahlawan-pahlawan yang memberi inspirasi bagaimana impian dan idealisme diperjuangkan.

Bukan soal perang atau perkelahian, tapi soal rasa kemanusiaan saat setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri-sendiri.
 
Bagaimana mungkin ia bisa menciptakan sosok Hulk yang liar di balik kulit lembut ilmuwan cerdas Bruce Banner, atau sosok pemuda lugu yang di saat lain kekar bergelantungan dengan jaring laba-labanya?

Tidakkah aneh Stan Lee selalu menyembunyikan sosok wajah di balik setiap topeng dan kostum para superhero-nya seolah pahlawan tak boleh dikenali jati diri mereka sebenarnya?

Hulk, Spiderman, Batman, Iron Man.... mengapa alter-ego mereka harus anonim?

Idealisme yang mulai luntur

Kematian Stan Lee seakan ingin menutup satu bab naskah selama lima dasa warsa yang belum selesai. Bab yang menumpahkan segala ketidak-solideran orang-orang terhadap sekitarnya, tak hanya kepada orang-orang lain, tapi juga kepada keadaan lingkungan serta dinamika kehidupan itu sendiri.

Bila bukan penutup bab, kematiannya seperti menjadi pause – jeda - perjuangan para superhero ciptaannya yang masih bergumul mengejar idealisme yang mulai luntur hari ini: kesetiakawanan, hasrat akan interaksi yang indah antar individu dan komunitas, suatu keadaan di mana setiap orang membutuhkan orang-orang lain sebagai pahlawan kehidupan mereka.
 
Kisah superhero versi Stan Lee memang selalu seperti itu: dihadapkan pada klimaks perlawanan antihero di tengah perseteruan internal di antara kelompok mereka sendiri.

Omong-omong, sudahkah anda menonton Captain America: Civil War, serta Avengers: Infinity War?
 
Menonton seri Avengers, juga X-Men dan Fantastic Four serasa mengulang kembali kisah masa kecil yang diceritakan paman saya tentang perang di Kurusetra (Kurukshetra) antara Pandawa dan Korawa demi memperebutkan tahta di istana Hasthinapura.

Penampilan Stan Lee sebagai cameo dalam film Avengers: Age of Ultron (2015)MARVEL STUDIOS/Walt Disney Studios Motion Pictures Penampilan Stan Lee sebagai cameo dalam film Avengers: Age of Ultron (2015)

 
Biang kerok pertempuran di Kurustera sederhana sekali: siapa berhak duduk di tahta Hasthinapura, sang kakak – Dretarastra yang buta sejak lahir, atau sang adik, Pandu yang memiliki lima anak (Pandawa).

Keikhlasan Dretarastra menyerahkan kursi kepada Pandu tak diikuti dengan keikhlasan seratus anak Dretarastra. Setelah Pandu wafat, anak sulungnya, Yudhistira, menggantikannya naik tahta. Seratus anak Drestarastra tak terima. Perang tak terhindarkan antara bala Korawa melawan bala Pandawa.

Keikhlasan Dretarastra seharusnya menjadikannya superhero yang bisa menyelamatkan keberlangsungan pemerintahan damai di Hastinapura, tetapi seratus antihero Korawa telah merubah jalan cerita yang didambakan banyak orang. Perang meletus. Pandawa menang.

Pahlawan

Stan Lee, ...bukankah dia Sang Pandu yang keburu wafat saat perselisihan kekuatan di Hasthinapura sedang memuncak?

Siapa yang akan menyelamatkan Pandawa – superhero kita – dari ketidakpastian kehidupan pasca menang perang?

Siapa yang bisa memastikan idealisme para Avengers di jagad Marvel tetap berkobar di saat tak ada satu pun yang mampu memastikan bagaimana akhir ceritanya bila Thanos berhasil mempunahkan kehidupan?
 
Hampir setiap kisah epic melahirkan pahlawan baru saat pahlawan lama mati. Barangkali jagad Marvel adalah cara paling sederhana, untuk membuka mata si tua dan si muda, kita semua, bahwa pahlawan tidak boleh tidak ada. Ia harus selalu ada untuk memberi inspirasi agar kehidupan tetap berlangsung meski penuh kepahitan.
 
Dan itulah yang saya lihat sekarang. Anak-anak kita sudah memilih ‘pahlawannya’ sendiri-sendiri menurut versi mereka.

Saat saya mengetahui pahlawan seperti apa yang mereka puja, saya sedih. Pahlawan itu, ia telah membiarkan anak-anak muda kita hidup dalam dunia yang hanya menyisakan sedikit ruang untuk kepedulian dan solidaritas pada sesama mereka. Tak ada lagi idealisme.

Mereka hanya ingin sendiri tak diganggu. Seolah tampak seperti Hasthinapura yang damai, padahal nurani mereka mungkin sudah kosong.
 
Saat meratapi kepergian Stan Lee, dan bagaimana solidaritas mati bersama skenario-skenario yang ditulisnya, saya jadi teringat sepenggal bait lagu ‘Hero’ yang dilantunkan dengan penuh rasa oleh Marriah Carrey....

”So when you feel like hope is gone, look inside you and be strong. And you'll finally see the truth, that a hero lies in you”.
 
Hmm, Stan Lee benar sekali, serdadu berpedang boleh mati, tapi pahlawan harus tetap ada, setidaknya di dalam diri kita, dan di dalam diri orang-orang lain yang bergumul bersama kita. Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com