Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

"Wind Talkers" dan Integritas yang Dipertanyakan Kembali

Kompas.com - 20/11/2018, 15:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Siapa yang akan melindungi kita, para ‘Navajo’ selain para  ‘Joe Enders’ di Silicon Valley dan lembah-lembah teknologi yang tersebar di seluruh dunia?

Ada perdebatan soal moral atas nama kemajuan zaman dan soal keterbukaan sukarela atas nama media sosial dan internet. Apakah seseorang yang secara sukarela memberikan data-data pribadinya sebelum ia memutuskan setuju menginstal aplikasi di gawai cerdas harus dipertanyakan kembali kesukarelaannya tersebut hanya karena satu insiden yang mungkin “tidak disengaja” atau “tidak bisa dikendalikan” oleh pengelola platform?

Mark Zuckerberg tidak bisa dipersalahkan sendirian. Di satu waktu, dia sendiri adalah seorang “Navajo”, dan dia juga perlu dilindungi oleh “Joe Enders” yang lain.

Di semesta maya yang nyaris semua orang bisa berpeluang jadi anonim, siapa yang bisa menjamin integritas jaringan dan konten?

Bahwa ada kebocoran, ada kesalahan teknis yang menyebabkan privasi menjadi terpapar ke publik, tentu itu perlu dikoreksi, diperbaiki, tapi setiap “Navajo” harus memastikan bahwa integritas di atas segalanya.

Saat integritas diuji

Saya mencoba membayangkan sebuah skenario lain bila dalam kisah penyerbuan di pulau Saipan tersebut Ben Yahzee, si Navajo, sengaja mengarang sebuah informasi palsu – atau hoax – untuk pasukan Amerika di titik tempur yang lain, bayangkan saja seberapa besar bencana yang akan dialami oleh para pasukan Amerika di tanah asing tersebut?

Masih dalam skenario saya, akhirnya Joe Enders tertangkap dan ditawan bersama Ben Yahzee dalam kurungan yang sama di barak pasukan Jepang. Lalu dengan kemurkaan yang amat sangat Joe Enders bertanya kepada Ben Yahzee...”Why?”

“Why?” jawab Ben Yahzee. “Why should I protect the country that protects only the Whites. I am just your slaves. You ask me why? Why not!”

Sebuah respon yang tak bertanggungjawab! Untunglah itu hanya skenario imajiner saya saja. Tapi, bukankah hal seperti itu bisa saja terjadi?

Di dunia yang serba terkoneksi ini, tak ada ruang untuk kebohongan, tak ada ruang untuk perusak integritas sosial dan moral. Semua orang adalah Joe Enders, dan di saat yang sama adalah para Navajo.

Tugas kita sederhana, menjaga kode, menjaga moral, menjaga integritas, agar rumah bersama yang sehari-hari kita sebut negeri ini tetap bisa berdiri dengan kokoh, dalam harmoni dan kebersamaan, di mana orang-orang saling melindungi seolah tak ada yang lebih berharga daripada keluarga besar negeri ini sendiri.

Akhirnya, kisah Senator Durbin dalam konteks ini tak bicara soal privasi semata, namun lebih besar daripada itu, kode. Kode moral, kode integritas, kepercayaan yang dijunjung tinggi, saling keterhubungan,dan saling ketergantungan. Di era sharing-economy saat ini, apalagi kalau bukan kepercayaan dan integritas yang jadi pegangan para “Navajo”?

Dalam kisah di Pulau Saipan itu, Joe Enders akhirnya mati, Ben Yahzee – si Navajo berkulit merah - selamat, dan pasukan Amerika, meski berdarah-darah, menang.

Sekembalinya ke Amerika, Ben Yahzee duduk di atas Point Mesa, Monument Valley di Arizona bersama istri dan anaknya, George Washington Yahzee. Sambil memandang anaknya, Ben Yahzee berkata,

“Namanya Joe Enders, dari Philadelphia Selatan. Ia pejuang yang tangguh, marinir yang baik. Jika kamu akan menceritakan tentang dirinya George, katakan dia adalah sahabatku...”

Sekali lagi, Ben Yahzee mengajarkan arti sebuah kode: bukan untuk mempertanyakannya, tapi untuk menjalankannya atau kita akan mati.

Semper Fi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com