Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Otoritas Pasar Modal Pantau Saham IPO yang Melonjak Drastis

Kompas.com - 21/11/2018, 06:00 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas pasar modal tampaknya tidak tinggal diam saat melihat lonjakan saham-saham baru yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melonjak cukup tajam.

Pasalnya lonjakan saham initial public offering tersebut ada yang mencapai 69 persen pada perdagangan hari pertama.

Ini menyebabkan sistem auto reject atas atau pemberhentian perdagangan sementara pada saham-saham IPO tersebut kerap terjadi. Di sisi lain, ini menjadi pertanyaan banyak pihak apakah memang pembentukan harga saham di pasar sekunder menjadi tidak masuk akal.

Kondisi ini menjadi perhatian khusus oleh otoritas terkait pasar modal seperti Otoritas Jasa Keangan (OJK) dan BEI. Dua instansi tersebut tengah menyiapkan jurus agar lonjakan harga saat perdagangan perdana menjadi lebih normal.

Bahkan pihaknya pun tengah menyiapkan rencana untuk merevisi aturan auto reject atas (ARA) dan auto reject bawah (ARB).

Sekadar informasi, berdasarkan catatan Kontan.co.id, empat emiten baru yang tercatat di BEI harganya langsung melonjak hingga 68,89 persen. PT Kota Satu Properti Tbk (SATU) tercatat saham perdana mereka lompat 69 persen, PT Shield On Service Tbk (SOSS) naik 50 persen, PT Dewata Freight International Tbk (DEAL) naik 69 persen dan yang terbaru yakni PT Pool Advista Finance Tbk (POLA) melompat 68,89 persen.

Lebih lanjut, untuk aturan auto reject yang ada di BEI yakni ARA dan ARB untuk perubahan saham 35 persen bagi saham dengan rentang harga Rp 50 sampai Rp 200, 25 persen bagi saham dengan rentang harga Rp 200 sampai Rp 5.000 dan 20 persen bagi saham dengan rentang harga di atas Rp 5.000. Sedangkan ARA saham IPO ditetapkan sebesar 50 persen di hari pertama.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen mengatakan, pihaknya memang sedang melakukan pemantauan dan melakukan pengawasan terkait tren kenaikan saham perdana yang sangat melonjak ini.

“Salah satunya dengan sistem electronic book building. Kami sedang memonitor dan mencari cara untuk mitigasi ini,” ujarnya saat di temui di BEI, Senin (19/11).

Untuk diketahui, yang menjadi perhatian khusus adalah besaran penjatahan saham atau fixed allotment dan pooling allotment yang memberikan jatah bagi investor institusi dan ritel untuk saham IPO. Pengaturan besaran ini disinyalir dapat menjadi solusi untuk menciptakan harga saham perdana yang lebih objektif saat masuk ke pasar sekunder.

Ditemui di tempat yang sama I Gede Nyoman Yetna, Direktur BEI mengatakan, salah satu cara untuk membuat pembentukan harga (pricing) yang lebih stabil memang dengan sistem electronic book building. Ini juga bagian dari pengawasan BEI terhadap mekanisme IPO.

Dalam sistem ini akan diatur mekanisme penyebaran saham melalui allotment atau penjatahan yang lebih menyebar sehingga pricing akan jauh lebih objektif dan lonjakan harga tidak setinggi sekarang.

Menurutnya, salah satu penyebab yakni mekanisme permintaan dan penawaran yang tidak seimbang di hari pertama yang membuat harga melompat drastis. Dengan electronic book building persediaan barang atau saham akan terjaga.

“Benchmark kami ada di bursa luar yang biasanya lonjakan IPO hanya sebesar 20 persen sampai 30 persen. Kami juga sedang melakukan kajian terkait ARA untuk saham IPO,” ujar Nyoman.

Terkait besarannya yang 50 persen, kecenderungannya akan mengarah kepada benchmark tersebut. Diharapkan di tahun 2019 dapat dipastikan perubahannya seperti apa.

Selain itu, BEI juga akan memantau kinerja dari anggota bursa yang berperan sebagai underwriter. Itu dikarenakan mereka ikut bertanggung jawab atas pembentukan harga ini.

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Otoritas pasar modal pantau saham IPO yang melonjak drastis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com