Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Mengapa Pesawat Terbang Baru Tetap Bisa Celaka?

Kompas.com - 25/11/2018, 09:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam kurun waktu 5 tahun dua pesawat terbang “sangat baru” dari keluarga jenis Boeing B-737 mengalami kecelakaan fatal. Lion Air JT-904 pada April 2013 masuk laut sesaat akan mendarat di Bali dan pada November 2018 Lion Air JT-610 tujuan Pangkal Pinang masuk laut 12 menit setelah take off dari Soekarno-Hatta International Airport. Mengapa dan bagaimana bisa pesawat terbang modern produk baru tetap saja bisa mengalami kecelakaan yang fatal. 

Pesawat terbang adalah merupakan produk dari sebuah teknologi mutakhir yang setiap saat mengalami banyak penyempurnaan dari waktu ke waktu. Pertanyaannya adalah sekali lagi tentang mengapa kecelakaan pesawat terbang, walaupun sudah banyak berkurang, akan tetapi tetap saja terjadi.   

Kecerobohan dan atau kelalaian yang sering dibungkus dengan terminologi keren berlabel “human error” memang sudah menjadi persepsi umum bagi sebagian besar faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa setelah dilakukannya banyak sekali penyempurnaan dalam teknologi penerbangan kecelakaan tetap saja tidak bisa dihindari.

Pada 6 Juli 2013 pesawat terbang Boeing B-777-200ER Asiana Airlines flight 214 mengalami kecelakaan saat akan mendarat di San Fransisco International Airport. Tiga orang meninggal dunia, 181 luka-luka dan 304 lainnya selamat.  

The New York Times edisi 24 Juni 2014 memuat penjelasan NTSB (National Transportation Safety Board) tentang kecelakaan tersebut. NTSB berpendapat bahwa kecelakaan terjadi karena pilot terlalu banyak mengandalkan mekanisme pengendalian otomatis dari pesawat, akan tetapi sebenarnya dia tidak cukup menguasai dengan baik anatomi dari keseluruhan sistem otomatis tersebut bekerja.   

NTSB menambahkan pula bahwa kecelakaan tersebut telah memunculkan pertanyaan besar terhadap sistem otomatis yang seharusnya bertujuan meningkatkan keselamatan terbang dan sangat membantu dalam penerbangan jarak jauh. Namun pada kenyataannya sistem itu telah menurunkan “basic pilot flying skills”.  

Dalam kasus Asiana Airlines, pilot terpaksa melakukan pendekatan manual untuk mendarat karena ILS (Instrument Landing System – Alat Bantu Pendaratan Otomatis) di San Fransisco International Airport tidak berfungsi karena tengah berada dalam siklus perawatan rutin.  Sementara kondisi cuaca pada saat itu cukup baik alias terang benderang.

Sementara itu, FAA (Federal Aviation Administration) beberapa tahun lalu baru saja merilis sebuah laporan setebal 279 halaman yang merupakan hasil penelitian Panjang dari sebuah “working group” dengan topik  “Pilot addicted to Automation”.  Dikatakan antara lain : “The FAA reports stresses the risk that future accidents could occur as comercial airline pilots become overly reliant on automated computer system in the cockpit and lose their hands on, manual flying skills”.  

Kebiasaan yang terlalu mengandalkan sistem otomatis telah menarik perhatian para ahli sebagai salah satu penyebab yang dominan dari terjadinya kecelakaan pesawat terbang.   

Lebih jauh lagi mengenai hal ini, ternyata NASA (National Aeronautics and Space Administration), badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat telah pula membiayai jutaan dollar sebuah penelitian yang intensif bekerjasama dengan IOWA University yang memakan waktu lebih dari 3 tahun dalam topik masalah hubungan pilot, sistem otomatis dan kecelakaan pesawat terbang.   

Dr Thomas Mach Schnell yang memimpin tim riset itu menjelaskan bahwa ketergantungan yang berlebihan terhadap sistem otomatis telah menurunkan dan banyak mengganggu konsentrasi pilot dalam menerbangkan pesawat. Dia juga menambahkan, bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa para pilot pesawat modern telah menjadi sangat tergantung pada sistem otomatis di kokpit.   

Studi tersebut juga memberikan hasil penemuannya bahwa 60% dari kecelakaan yang terjadi belakangan ini ternyata disebabkan karena kesalahan dalam mengoperasikan “flight management computer”.  

Seorang pakar NTSB menerangkan bahwa banyak Pilot yang menerbangkan pesawat terbang modern sangat mahir dalam mengoperasikan sistem otomatis dalam mengendalikan pesawat akan tetapi banyak yang kurang mengenal dengan baik anatomi dari bagaimana sistem otomatis itu bekerja. Artinya, banyak Pilot yang kurang dapat memahami dan menghayati dengan benar kapan atau bila saatnya terbang dengan menggunakan sistem otomatis dan bila saatnya pesawat terbang harus dikendalikan dengan cara manual atau hands on.

Kemajuan teknologi terutama teknologi penerbangan memang bersifat dinamis dan bergerak dengan sangat cepat. Hal tersebut bertujuan terutama sekali dalam meningkatkan upaya keselamatan terbang akan tetapi sekaligus menuntut pengetahuan yang memadai dari mereka yang menggunakannya.   

Kuncinya memang akan kembali pada “man behind the gun” yang berarti fungsi dari pendidikan dan latihan menjadi semakin mengemuka. Nah itulah tantangannya bagi semua insan yang bergerak dalam bidang penerbangan.

Bila kita kembali mengaitkan pertanyaan dengan apa gerangan yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan laut jawa setelah 12 menit take off dari Cengkareng, maka jawabannya adalah kita harus menunggu diumumkannya hasil lengkap dari peyelidikan yang tengah dilakukan oleh KNKT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com