Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengupas Citra Gemar Delay dan Tak Aman Maskapai Bertarif Murah

Kompas.com - 26/11/2018, 18:44 WIB
Yoga Sukmana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Oleh karena itu, untuk medapatkan volume penumpang yang besar, maka maskapai LCC akan berupaya untuk selalu membuat kondisi pesawat siap terbang.

Bila pesawat tak siap terbang dan penerbangan delay, maka waktu operasional pesawat terganggu. Padahal waktu operasional bagi maskapai LCC sangat penting.

"Maskapai yang bukan LCC mungkin terbang 8 jam sedangkan LCC bisa 12 jam sehari. Kalau mereka mau delay dibiarkan bandara bisa tutup, kalau tutup mereka harus ganti rugi penumpang, ongkkos lagi, rugilah mereka," kata Gerry.

Citra Tak Aman

Seperti dibahas di awal, jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 membuat seluruh mata menyorot tajam maskapai LCC.

Terlebih, pada akhir 2014 silam, pesawat AirAsia QZ-8501 juga jatuh di Selat Karimata yang menewaskan 155 penumpang pesawat tersebut. AirAsia merupakan salah satu maskapai LCC yang beroperasi di Indonesia.

Jauh ditarik ke 2007, pesawat maskapai LCC lainnya, Adam Air KI574, juga jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat.

Citra negatif tak aman pun sudah melekat di maskapai LCC. Padahal aspek keamaman dan keselamatan merupakan yang utama di bisnis maskapai.

Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra mengatakan, ada empat hal yang berlaku di industri penerbanagan yakni safety, security, service, dan compliance terhadap regulasi.

Maskapai LCC tak bisa memangkas keempat aspek tersebut. Bila dilakukan maka dampaknya akan besar terhadap keamaman dan keselamatan penerbangan.

"Maskapai yang masih menggunakan model demikan maka ujungnya tumbang di Indonesia pernah ada dan di luar negeri pun ada," kata dia.

Sementara itu Gerry meyakini maskapai LCC tidak akan memangkas biaya perawatan pesawat sehingga mengabaikan aspek keselamatan.

Saat maskapai LCC muncul awal tahun 1970-an kata dia, banyak yang mencoba memangkas biaya maintenance atau training. Namun tak ada yang tersisa saat ini

"Itu mati semua yang mencoba memangkas itu semua. Sekarang maskapainya sudah tumbang. Adapun yang bertahan itu adalah mereka yang tahu betul bahwa kalau kita pangkas terlalu banyak, bisa berpengaruh ke safety," kata Gery.

Oleh karena itu di luar apsek harga dan pelayanan, aspek lain termasuk keselamatan antara maskapai LCC dan full service tak ada bedanya.

Dari sisi penerbangan, Ketua  Umum Ikatan Pilot Indonesia Capt. Pilot Rama Noya memastikan bahwa seluruh persiapan sebelum terbang antara pilot maskapai full service maupun LCC sama saja. Sebab standar yang dipakai merupakan standar yang sama.

Maskapai LCC sendiri memiliki berbagai cara agar tetap bisa untung meski menjual tiket dengan harga murah. Diantaranya menghemat pembelian pesawat dengan memborong pesanan, menerima paket perawatan pesawat dari pabrikan, hingga mengambil untung dari iklan di kabin dan sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com