Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Boediono soal Kesalahan Resep IMF Menangani Krisis 1998

Kompas.com - 28/11/2018, 20:42 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat menghadapi krisis moneter 1997-1998 lalu, Indonesia meminta pertolongan Dana Moneter Internasional (IMF) tidak hanya berupa nasihat-nasihat kebijakan, namun juga suntikan dana.

Mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono mengungkapkan, kala itu IMF salah memberi resep untuk kembali meningkatkan likuiditas keuangan Indonesia yang mengering tiba-tiba.

IMF menyarankan Indonesia untuk menutup 16 bank yang menguasai 3 hingga 4 persen aset perbankan nasional. Namun penutupan 16 bank tersebut dilakukan tanpa ada payung pengaman sehingga menimbulkan dampak psikologis ke masyarakat.

Kala itu sebut Boediono, belum dikenal sistem blanket guarantee atau kebijakan penjaminan 100 persen dana nasabah di perbankan.

Baca juga: Menurut Boediono, Ini Dampak Positif dan Negatif Perang Dagang Bagi RI

"Pada waktu itu resep ronde pertama salah. Untuk 16 bank yang menguasai 3 sampai 4 persen dari aset bank tanpa ada payung pengamannya," ujar Wakil Presiden RI ke-11 tersebut di Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Ha tersebut membuat masyarakat berbondong-bondong menarik dananya dari bank lantaran khawatir bank tempat mereka menyimpan dana juga akan ditutup. Sehingga banyak dari mereka yang memindahkan dananya di bank-bank BUMN atau bahkan ke Singapura karena dianggap lebih aman.

"IMF tidak memikirkan dampaknya akan begitu," ucap dia.

Baru setelah kejadian tersebut, mulailah diberlakukan kebijakan blanket guarantee. "Yaitu setelah 3 bulan ekonomi Indonesia dirundung bank kelabakan kurang dana, sistem pembayaran kita enggak diterima di luar," kata Boediono.

Dampak kebijakan blanket guarantee tersebut baru mulai efektif pada bulan Maret. Puluhan bank pun kembali ditutup karena rasio kecukupan modal (CAR) minus hingga puluhan persen. Namun, tidak ada lagi dampak berantai lantaran tidak ada lagi penarikan dana nasabah secara besar-besaran.

Boediono juga menjelaskan, sebelumnya Indonesia sempat menghadapi krisis di tahun 1960 dan 1980. Namun, berbeda dengan era 1998 di mana krisis disebabkan pembalikan dana asing ke luar negeri. Sedangkan untuk 1960 dan 1980 terjadi akibat anjloknya harga minyak yang membuat APBN terbebani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com