Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Ekspor ke Arab Saudi, Kemendag Incar Kebutuhan Jemaah Haji

Kompas.com - 29/11/2018, 18:43 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan melakukan pertemuan teknis bersama puluhan peserta yang sebagian besar adalah pengusaha dan produsen makanan, minuman, dan peralatan hotel.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Arlinda mengatakan, pertemuan tersebut dilaksanakan untuk menyatukan langkah dengan para pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha Indonesia, untuk memanfaatkan peluang ekspor melalui pemenuhan kebutuhan haji Indonesia.

"Arab Saudi merupakan salah satu pasar nontradisional yang cukup prospektif, namun nilai ekspor Indonesia ke negara tersebut belum cukup menggembirakan," ujar Arlinda dalam keterangan tertulis, Kamis (29/11/2018).

Menurut Arlinda, potensi peningkatan ekspor Indonesia yang dapat diraih dengan memanfaatkan kebutuhan jemaah haji Indonesia adalah sebesar 56,7 juta dollar AS per tahun atau 4,11 persen dari total nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi tahun 2017.

Baca juga: Balsem Produk Indonesia Diduga Dipalsukan di Arab Saudi

Angka itu berdasarkan jumlah jemaah haji reguler Indonesia tahun 2018 yang mencapai 204.000 orang dan pengeluaran sebesar 3 dollar AS untuk setiap kali makan. Untuk itu, diperlukan langkah strategis guna memanfaatkan peluang yang tercipta dari kondisi tersebut.

Menurut data Kementerian Agama, jumlah jemaah haji Indonesia pada 2018 sebanyak 221.000 oranf dan akan terus bertambah hingga mencapai 250.000 jemaah seiring dengan perluasan Masjidil Haram.

"Ini merupakan potensi besar yang harus dimanfaatkan secara optimal," ujar Direktur Penyelenggaraan Haji Luar Negeri Kementerian Agama, Sri Ilham Lubis.

Dari kegiatan pertemuan teknis ini diperoleh beberapa informasi yang perlu disikapi untuk meningkatkan daya saing.

Beberapa di antaranya yakni kekurangan bahan baku dari Indonesia di Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan jemaah, minimnya jumlah pelaku usaha Indonesia yang menyuplai bahan baku makanan dan minuman yang dibutuhkan, dan kurangnya pemahaman terhadap standar dan regulasi yang harus dipenuhi. Ilham mengatakan, peran Indonesia dalam memenuhi kebutuhan jamaah haji Indonesia belum signifikan.

Saat ini, Kementerian Agama telah mensyaratkan perusahaan katering Arab Saudi yang ditunjuk untuk menyediakan menu makanan Indonesia.

Sayangnya, kebutuhan berupa makanan, minuman, dan perlengkapan hotel selama ini sebagian besar dipasok dari negara lain seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

"Untuk itu, diperlukan langkah strategis dari berbagai pemangku kepentingan di Indonesia agar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari Indonesia," kata Ilham.

Ilham menambahkan, pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan katering di Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji Indonesia selama berada di Arab Saudi. Sedangkan untuk pengadaan produk maupun bahan baku di wilayah Arab Saudi dilakukan oleh para importir. Oleh karena itu, agar pemenuhan makanan Indonesia dapat berjalan dengan lancar, diharapkan para pelaku usaha dapat secara aktif menjalin komunikasi dengan importir dan katering Arab Saudi.

Selain itu, untuk menjamin ketersediaan produk Indonesia di Arab Saudi, perlu dicari solusi agar tercipta harga yang lebih kompetitif. Saat ini, harga produk Indonesia di Arab Saudi lebih tinggi 35-40 persen dibandingkan dengan harga produk serupa dari negara lain.

Biaya logistik yang dikeluarkan pengusaha Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pengusaha dari negara lain.

Selain makanan, minuman, dan perlengkapan hotel, potensi lain yang dapat digarap Indonesia adalah pemanfaatan kebutuhan tenaga terampil seperti juru masak, petugas hotel, dan tenaga pengemudi bus jemaah haji.

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan mengatakan, menindaklanjuti hasil pertemuan ini, Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, BNP2TKI, maupun kementerian dan lembaga terkait lainnya untuk menyusun rencana teknis memanfaatkan peluang pemenuhan kebutuhan jemaah haji.

"Kita optimistis dalam waktu singkat akan terjadi peningkatan ekspor Indonesia ke Arab Saudi sehingga dapat memperkecil defisit neraca perdagangan kedua negara,” kata Marolop.

Selain itu, perlu juga dilakukan diplomasi ekonomi yang lebih untensif dengan pemerintah Arab Saudi agar berbagai hambatan nontarif dapat dihilangkan.

“Dalam hal jumlah, jemaah dari Indonesia adalah yang terbesar, sehingga wajar apabila pemerintah Indonesia meminta kemudahan dalam pelayanan jemaahnya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com