Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar di Indonesia Tak Stabil, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 06/12/2018, 12:05 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan perekonomian Indonesia tahun ini terbilang cukup dinamis dan menantang.

Managing Director and Head of Global Markets HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan, akhir tahun 2017 sampai dengan awal Januari 2018aliran dana asing yang masuk ke lndonesia (capital inflow) cukup tinggi. Namun kondisi tersebut berbalik setelahnya. 

“Di saat itu, total dana asing di obligasi pemerintah bahkan sempat hampir mencapai Rp 880 triliun. Namun, adanya perubahan kebijakan Fed rate menyebabkan pergesaran pandangan market tersebut,” ujar Ali dalam media notes yang diterima Kompas.com, Kamis (6/12/2018).

Menurutnya, ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan tidak stabilnya pasar di Indonesia selama 2018.

Pertama, cukup tingginya arus dana asing yang keluar (outflow) di pasar modal Indonesia dan juga pembelian mata uang asing untuk kebutuhan impor di dalam negeri.

“Pada dasarnya, terjadinya outflow akibat perubahan persepsi pasar bukanlah momok yang harus ditakuti Indonesia. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya termasuk krisis global 2008, outflow jauh lebih besar,” papar Ali.

Pelemahan Rupiah

Sementara itu, pelemahan rupiah yang hampir mencapai 10 persen sebenarnya dipicu oleh kondisi domestik, yaitu struktur supply dan demand Dollar yang sudah tidak berimbang, serta adanya tekanan dari pasar keuangan.

“Perdagangan mata uang di Indonesia berkisar 2 millar dollar per harinya sebenarnya cukup untuk memenuhi transaksi sehari-hari. Namun untuk kondisi tertentu di saat demand meningkat seperti di akhir bulan atau akhir kuartal, suppIy-nya tidak akan mencukupi,” jelas dia.

Ali pun menyebut saat ini satu-satunya penyedia supply dollar terbesar di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI). Sementara itu, volume penjualan dollar AS dari eksportir terus berkurang tiap tahunnya.

Mengacu data HSBC Indonesia, dari total ekspor di tahun 2018 yang sebesar Rp 160-170 milyar, hanya sekitar 11 persen yang dikonversikan ke rupiah. Kondisi ini perlu diperhitungkan dalam mengantisipasi kenaikan dollar terhadap rupiah.

Kemudian, saat ini Indonesia menerima arus dana asing (inflow) yang cukup besar di obligasi dan pasar saham.

“Dana asing mendominasi pasar equity dan obligasi sebesar masing-masing 55 persen dan 39 persen. Dengan adanya inflow yang tinggi ini, berbagai kemungkinan terjadinya outflow juga harus selalu siap diantisipasi,” ujar Ali.

Menurutnya, ke depan dukungan terhadap pendalaman pasar modal menjadi sangat penting dalam memastikan kestabilan nilai tukar rupiah.

“Berbagai usaha dan yang koordinasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BI telah berkontribusi besar dalam mendukung pasar modal. Namun melihat kondisi pasar yang dinamis, dibutuhkan tidak hanya dukungan dari sisi pangsa pasar namun juga penyediaan instrumen baru dalam sistem lindung nilai (hedging),” tandas Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com