TIDAK terasa tahun 2018 hanya kurang dari 1 bulan. Sepanjang tahun 2018, pergerakan nilai tukar rupiah, saham, obligasi, dan reksa dana bisa dikatakan sangat fluktuatif karena dipengaruhi berbagai isu domestik dan eksternal.
Nah, bagaimana dengan tahun 2019 ?
Pada dasarnya yang namanya nilai tukar itu naik atau turun mengikuti prinsip permintaan dan penawaran. Ketika permintaan dollar AS naik, maka nilainya akan meningkat dan sebaliknya pula ketika permintaannya turun.
Kenaikan permintaan akan dollar AS pada tahun ini disebabkan karena 3 hal. Yakni kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed), kondisi ekonomi AS yang meningkat pesat, dan kenaikan harga minyak pada awal hingga pertengahan tahun.
Kenaikan tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang sangat bagus pada tahun 2018 ini membuat dana dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia berbondong-bondong kembali ke sana. Akibatnya permintaan terhadap dolla AS naik. Mata uang dollar AS tidak hanya menguat terhadap rupiah saja tapi juga mata uang lain negara lainnya.
Harga minyak yang sempat naik tinggi hingga hampir mencapai 80 dollar AS per barrel juga ikut meningkatkan permintaan dollar AS. Indonesia sendiri merupakan negara net importir minyak, sehingga kalau harganya naik maka kebutuhan impor dalam dollar AS juga akan semakin banyak.
Kombinasi dari ketiga faktor di atas, membuat kebutuhan akan dollar AS meningkat pesat pada tahun 2018. Dalam konteks APBN, situasi dimana dana yang keluar dari Indonesia lebih banyak daripada dana yang masuk disebut dengan Defisit Transaksi Berjalan atau Current Account Deficit (CAD).
Selama ini CAD Indonesia selalu di kisaran minus 2 persen alias defisit. Namun kombinasi dari faktor di atas membuat defisit CAD pada Juni 2018 ini meningkat menjadi 3 persen. Secara historis, angka 3 persen termasuk tinggi sehingga membuat nilai tukar rupiah melemah hingga ke 15.000an.
Untuk tahun 2019, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan stabil di kisaran Rp 14.200. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa, Amerika Serikat berdasarkan data-data yang ada menunjukkan tanda-tanda akan menuju resesi (pelambatan ekonomi) di tahun 2020 dan harga minyak yang kembali turun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.