Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru 13 Persen Perusahaan di Asean yang Terapkan Teknologi Industri 4.0

Kompas.com - 10/12/2018, 20:40 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil survey Mckinsey & Company, digembor-gemborkannya Indusri 4.0 secara global, nyatanya di Asia Tenggara sendiri masih 13 persen perusahaan yang menerapkan teknologi Industri 4.0 tersebut.

”Walau kami telah melihat bahwa berbagai perusahaan sudah sadar akan besarnya peluang Industri 4.0, hanya 13 persen perusahaan-perusahaan di ASEAN yang sudah menerapkan teknologi Industri 4.0,” ujar McKinsey & Company Parner and Leader Southeast Asia Operations Vishal Agarwal dalam acara CEO Forum Embracing Industry 4.0 Opportunity di Ritz-Calrton Pacific Place Jakarta Pusat, Senin (10/12/2018).

Dalam laporan yang sama disebut bahwa industri manufaktur bisa menghasilkan 34 miliar dollar AS dari total keseluruh tambahan 120 miliar dollar AS berkat adanya teknologi industri 4.0 di Indonesia tahun 2025.

Hal ini menempatkan negara-negara berbasis manufaktur seperti Indonesia, Thiland dan Vietnam optimis dengan prospek Industri 4.0. Mereka sangat ingin menerapkan proyek-proyek percontohan untuk berbagai teknologi tersebut.

Sayangnya, walaupun antusiasmenya tinggi, baru segelintir perusahaan yang bisa menerapkan untuk mencapai posisi tertinggi dalam digital manufaktur. Lainnya malah terjebak dalam tahap percobaan atau 'pilot trap’ dimana aktivitas sudah berjalan namun mereka tidak merasakan dampak berarti pada laba.

"Kami menemukan bahwa 78 persen dari perusahaan-perusahaan yang kami survei tidak maju Iebih jauh dari tahap percontohan. Sekitar 30 persen dari responden bahkan belum mencoba untuk mengembangkan proyek setelah satu atau dua tahun sehabis tahap percontohan," jelas Agarwal. 

McKinsey menemukan enam faktor yang menyebabkan pelannya penerapan lndustri 4.0 pada perusahaan-perusahaan yang sedang dalam tahap implementasi. Enam faktor tersebut yakni (1) kesulitan dalam merancang dengan jelas peta jalan untuk bertumbuh pada skala besar, (2) data-data yang tersimpan secara terpisah dan tiadanya satu platform yang sesuai untuk melakukan integrasi.

Kemudian kekurangan orang orang dengan kemampuan digital untuk menjalankan peta jalan yang telah dirancang, (4) tantangan tantangan dalam menemukan dan mempriorltaskan proyek percontohan dengan nilai bisnis yang jelas, (5) kekurangan pengetahuan dan sumber daya untuk mengembangkan proyek dan infrastruktur, dan (6) kekhawatiran terhadap resiko keamanan cyber. 

”Alasan terjebaknya perusahaan di tahap percontohan (pilot trap) sama dengan alasan-alasan yang digunakan perusahaan yang menghindari implementasi lndustri 4.0.

Alasan-alasan utamanya adalah perusahaan tersebut melihat bahwa keuntungan jangka pendek tidak sepadan dengan usaha yang harus dikeluarkan sebuah bisnis untuk melakukan transformasi digital atau kesulitan dalam menggabungkan sistem teknologi informasi (TI), dan kurangnya koordinasi antara unit-unit bisnis seperti Tl, pemasaran. dan penjualan," tutur Agarwal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com