Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Besar dari Perkiraan, 3 Fakta Mengenai Belanja Daring di Indonesia

Kompas.com - 12/12/2018, 12:13 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemeriahan festival belanja akhir tahun dimulai dari Single’s Day, atau November 11 (11.11) dan puncaknya pada Desember 12 (12.12) mencerminkan potensi online commerce di Indonesia. Akan tetapi, seberapa besarkah potensi ini?

Menurut hasil laporan McKinsey & Company The digital archipelago: How online commerce is driving Indonesia’s economic development, ada 3 fakta yang merepresentasikan bagaimana dunia e-commerce ini bisa sedemikian cepat dililhat khalayak.

1. Online commerce di Indonesia berkembang pesat

“Riset kami menunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari online commerce, setara dengan penjualan senilai 2.5 miliar dollar AS pada 2017 adalah pembelanjaan tambahan yang tidak akan ada tanpa online commerce," ujar Managing Partner McKinsey & Company Simon Wintels.

Dalam laporannya, McKinsey memprediksi bahwa penjualan online commerce di Indonesia akan mencapai 65 miliar dollar AS per tahun pada 2022. Angka ini delapan kali lebih dari 8 miliar dollar AS yang dicetak di 2017.

Dengan adanya online commerce yang mendorong konsumsi, penjualan offline tidak saja berpindah ke platform online; namun yang ada adalah online commerce mendorong peningkatan penjualan secara menyeluruh.

2. Online commerce akan mengantarkan produk Indonesia ke seluruh dunia

“Ketertarikan konsumen-konsumen pada tingkat global mencerminkan tumbuhnya permintaan pasar-pasar internasional atas produk-produk dari Indonesia.

Sektor-sektor lain harus belajar dari sektor perhiasan karena secara keseluruhan, ekspor Indonesia melalui online commerce masih rendah dengan banyaknya penjual-penjual lokal yang belum menjangkau pasar internasional," jelas Managing Partner McKinsey & Company Indonesia Phillia Wibowo.

McKinsey mengestimasi bahwa online commerce dapat memfasilitasi ekspor baru senilai hingga 65 milliar dollar AS, atau setara dengan 40 persen dari ekspor manufaktur saat ini.

Sektor di Indonesia yang sudah merasakan manfaat dari ekspor melalui online commerce adalah sektor perhiasan. Ekspor perhiasan telah bertumbuh dari tingkat yang rendah hingga menyentuh 4 miliar dollar AS pada 2016, atau setara dengan nilai ekspor tembaga dan batu bara Indonesia.

Bali adalah contoh yang baik, dengan pertumbuhan ekspor perhiasan sebanyak 20 persen dari Oktober hingga November 2017. Ekspor bertumbuh karena para pengrajin dan penjual lokal menggunakan platform online untuk menjangkau konsumen internasional.

Selain itu, volume pencarian di Google untuk produk-produk otomotif, hobi, fashion, kesehatan, dan kecantikan dari Indonesia menandakan bahwa kesempatan ekspor melalui online commerce tidak saja terletak pada perhiasan.

3. Online commerce memberikan keuntungan sosio-ekonomi

Para konsumen di daerah-daerah kecil di luar Jawa kini mempunyai pilihan produk lebih luas. Mereka bisa membeli berbagai produk dengan harga yang masuk kantong karena harga-harga pembelian secara online bisa 11 hingga 25 persen lebih hemat dibanding harga-harga di toko-toko ritel di Jawa.

Online commerce juga mendukung inklusi finansial. Hingga saat ini, online commerce telah menyediakan akses ke layanan finansial dengan adanya sistem pembayaran online bagi sekitar 300.000 pengusaha mikro.

Selain itu, juga mendukung kesetaraan gender karena memudahkan perempuan untuk bekerja baik paruh waktu dan secara jarak jauh. Kini, usaha kecil atau menengah milik pengusahan perempuan menyumbang 35 persen ke penjualan online, sebuah angka yang sebesar dua kali lipat dibanding penjualan offline.

Untuk mencapai potensi terbut, salah satu upaya yang Indonesia bisa lakukan adalah mendukung perusahaan menengah dan besar untuk meningkatkan penjualan melalui online commerce.

Hal ini bisa mendorong pertumbuhan PDB sebesar 150 miliar dollar AS atau setara dengan 1,2 poin persentase tambahan bagi pertumbuhan tahunan di tujuh tahun mendatang. Ini akan membantu mencapai 60 persen pertambahan yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan PDB sebesar 7 persen per tahun pada 2025.

“Untuk mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan menengah, sektor umum dan swasta perlu bekerjasama untuk menciptakan program akselerator yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kompetitif perusahaan-perusahaan menengah yang menjanjikan. Melalui program-program ini, perusahaan menengah bisa mendapatkan akses ke bimbingan, informasi tentang cara mengakses pasar-pasar baru, mendapatkan dukungan finansial, menerima infrastruktur pendukung seperti gudang, dan alat-alat digital untuk menjalankan bisnis mereka dengan baik," tandas Phillia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com