Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedang Tren, Industri Digital Belum Mampu Selamatkan Angkatan Kerja?

Kompas.com - 15/12/2018, 14:38 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

Merujuk hasil riset iPrice, Shopee cukup gesit menarik talenta yang benar-benar berpengalaman untuk posisi strategis di sejumlah departemen.

Bahkan, penyerapan tenaga kerja di Shopee meningkat hingga 176,8 persen dibanding tahun 2016.

Berkat strategi ini, Shopee mampu memotong gap dan menjadi kompetitor terdekat Lazada di Asia Tenggara.

Sayangnya, ketersediaan talenta merupakan isu elementer yang kerap dihadapi pemain e-commerce lokal untuk bersaing di ranah regional.

Bukan cerita baru bila perusahaan Indonesia sulit menemukan talenta yang tepat untuk bidang pekerjaan di industri digital.

Tantangan ini pula yang membuat penyerapan tenaga kerja pada perekonomian digital belum cukup memberi perubahan masif.

Padahal, seharusnya dengan semakin banyak e-commerce yang tumbuh di Indonesia, maka semakin banyak pula lapangan pekerjaan digital tercipta.

“Penyerapan tenaga kerja di industri e-commerce tanah air hanya didominasi segelintir pemain lokal. Menilik riset karir e-commerce oleh iPrice, Tokopedia memiliki kuantitas karyawan paling banyak, yakni 2.003 orang; dan Bukalapak sebanyak 1.887 orang. Statistik pegawai perusahaan e-commerce lokal lain belum mampu menembus angka 1000,” paparnya.

Biaya dan efektivitas perekrutan juga jadi salah satu faktor yang menghambat. Dicuplik dari Kata Data, head hunter biasanya membebankan start up nasional dengan biaya Rp 210 juta hingga Rp 1,1 miliar untuk merekrut talenta chief level.

Kemudian, Rp 66-264 juta untuk level senior, Rp 25-79 juta untuk menengah dan Rp 13-29 juta untuk level junior.

Menurut Aldo, besarnya biaya perekrutan ini lantaran minimnya sumber daya manusia (SDM) yang memenuhi kualifikasi di industri digital.

Sedangkan kebutuhan SDM ahli untuk industri ini sedang tinggi-tingginya. Sebagai alternatif, perusahaan lalu menggunakan tenaga kerja asing untuk mengisi bidang kerja yang dibutuhkan.

“Situasi seperti ini idealnya dapat dibaca lebih awal oleh angkatan kerja Indonesia. Tren pemerintah yang masih mengutamakan sektor padat karya dapat menepikan potensi pemenuhan lapangan kerja di industri digital," ujarnya.

Angkatan kerja juga patut mengaktualiasasi wawasan dan kompetensi agar lebih bersinergi dengan kebutuhan di lapangan pekerjaan. Jika angkatan kerja memiliki wawasan dan kompetensi yang tepat, mereka bisa melakukan penetrasi lebih cekatan di industri digital,” tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com