Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Membangun Ekosistem Inovasi pada Koperasi

Kompas.com - 17/12/2018, 12:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MESKI belum ada data yang cukup, secara kasat mata kita bisa lihat inovasi di koperasi itu rendah. Sebutlah beberapa hal mulai dari pola pelayanan, teknologi yang digunakan, jenis layanan atau produk, branding dan berbagai detail lainnya.

Sayangnya, hal itu sudah berjalan menahun, bahkan puluhan tahun lalu. Hasilnya, jumlah koperasi berikut anggotanya banyak, mencapai 26 juta orang, namun kontribusinya rendah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni di angka 4,48 persen (Kementerian Koperasi, 2018).

Di sisi lain secara kualitatif bisa kita lihat model lembaga dan bisnis koperasi yang melulu itu-itu saja. Sampai-sampai seolah tak ada imajinasi lain, ketika komunitas ingin bikin koperasi, itu sama dengan membuat koperasi simpan pinjam.

Nyatanya model itulah yang massif di tengah masyarakat. Ironisnya, kejumudan inovasi itu tak hanya terjadi di koperasi masyarakat, namun juga di kalangan koperasi pemuda atau mahasiswa. Seolah tak ada model bisnis lain kecuali membuka toko, jasa foto kopi dan kantin di kampusnya. Dan itu juga sudah terjadi puluhan tahun yang lalu.

Baca juga: Menko Darmin Dorong Koperasi Menjadi Korporasi

Jenius Kreatif

Bagi orang koperasi akan paham persis bahwa gerakan ini tengah mengalami defisit jenius kreatif. Sebaliknya, para jenius kreatif itu banyak lahir di luar sana, bahkan bisa dibilang surplus.

Tengoklah ribuan anak muda yang bergiat merintis aneka startup. Hal itu menjadi prestasi tersendiri, misalnya, Startuprangking.com mencatat Indonesia masuk pada peringkat ke lima dengan jumlah startup 1969 buah. Peringkat pertama diduduki oleh Amerika, disusul India, Inggris dan Kanada.

Dari segi gagasan, mereka sangat kreatif. Baik startup yang berorientasi pada market maupun social innovation, sama-sama kreatif. Lewat mesin pencari Googlekita bisa lacak aneka startup awarding yang dinilai berdampak besar secara bisnis atau sosial. Yang paling dikenal misalnya Kitabisa.com, Tanijoy, Lima Kilo, Reblood dan yang besar seperti Gojek, Bukalapak, Tokopedia, Tiket.com dan macam-macam lainnya.

Apa persamaan semuanya adalah diinisiasi oleh anak muda dan berada di luar gerakan koperasi. Itu gambarkan bahwa para jenius kreatif itu mudah lahir di luar sana, namun sulit atau jarang lahir di dalam gerakan ini. Sehingga masalahnya tentu saja bukan soal ada atau tidak adanya orang kreatif di koperasi, melainkan ekosistem gerakan ini tak mendukung lahirnya para jenius itu.

Persamaan berikutnya adalah para jenius kreatif itu memulai bisnisnya dari gagasan. Sebagian besar adalah anak muda yang secara ekonomi tidak kaya. Berkat ekosistem yang mendukung, seperti keberadaan inkubator, akselerator, angel investor dan ventura kapital, ide brilian bisa dikembangkan menjadi masterpiece.

Koperasi Inovatif

Tercatat paling tidak ada 100 koperasi besar di Indonesia. Yang dimaksud besar tentu saja bila asetnya di atas 50 milyar. Dan 100 koperasi besar yang profilnya dapat disimak di buku 100 Koperasi Besar Indonesia, asetnya bahkan sampai triliun rupiah. Namun bila kita tengok, model bisnis yang dikembangkan masih juga sama dengan lima atau sepuluh tahun yang lalu. Sama-sama model konvensional.

Sehingga soal inovasi tidak sama dengan koperasi itu miliki aset besar atau kecil. Nyatanya, inovasi itu yang pertama-tama adalah soal ide, kreativitas, pengetahuan dan intuisi. Jumlah aset yang trilyun rupiah tak menjamin koperasi menjadi inovatif. Alih teknologi bisa mudah dilakukan dengan membelinya. Namun tanpa serius kembangkan ekosistem yang mendukung, hasilnya hanya di permukaan saja.

Sebagai contoh saat ini sebagian koperasi sedang kembangkan layanan online. Sayangnya boleh jadi apa yang dikerjakan adalah membangun teknologi finansial (tekfin) alih-alih finansial teknologis (fintek).

Dalam wujud teknologinya bisa saja mirip, namun sistem kerja di belakangnya berbeda. Gejala itu dengan baik dibaca oleh Rhenald Kasali pada dunia perbankan yang sedang ramai kembangkan tekfin daripada fintek. Tekfin sama dengan model konvensional yang dionlinekan, sedang fintek adalah model baru yang karenanya diperlukan teknologi sebagai sarana utamanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com