Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Harus Manfaatkan Tingginya Permintaan Produk Halal

Kompas.com - 18/12/2018, 18:19 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas memandang Indonesia harus bisa memanfaatkan tingginya permintaan produk halal dari pasar internasional.

Potensi ini belum begitu dioptimalkan Indonesia.

"Besarnya permintaan pasar global terhadap makanan halal merupakan kesempatan yang perlu dioptimalkan dan diambil," kata Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Amalia menjelaskan, Indonesia memiliki potensi dan berpeluang menjadi pemain utama sebagai produsen produk halal di dunia. Karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik dengan negara-negara lain.

Baca juga: Bappenas: Indonesia Tidak Masuk Peta Negara Pengekspor Produk Halal

Kemudian, dibutuhkan pula evaluasi terkait regulasi, tata kelola, dan standar produk halal yang dapat diterima seluruh masyarakat Indonesia dan global.

"Sehingga nantinya dapat menjadikan Indonesia sebagai pemain utama makanan halal di tingkat dunia," ujarnya.

Amalia menyebutkan, diperkirakan populasi muslim dunia mencapai 2,2 miliar pada 2030. Pertumbuhan pesat ini menjadi potensi luar biasa dan akan meningkatkan permintaan produk halal.

Potensi ini pula yang telah dilirik negara-negara lain. Pada saat yang sama, pasar konsumsi global telah menunjukkan proporsi yang cukup besar.

The State of the Global Islamic Economy 2018 melaporkan bahwa total konsumsi makanan halal mencapai 817 miliar dolar AS. Indonesia merupakan konsumen makanan halal terbesar yang mencapai 170 miliar dolar AS.

"Peringkat ini merupakan bukti besarnya kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap makanan halal," paparnya.

Baca juga: Bappenas Ingin Indonesia Jadi Produsen Utama Produk Halal di Dunia

Ia menambahkan, besarnya angka konsumsi makanan halal Indonesia merupakan peluang sekaligus tantangan. Apalagi, kini Indonesia belum masuk lima besar produsen produk makanan halal global.

Indonesia berpeluang menjadi pasar makanan halal dengan populasi muslim yang sangat besar. Tak hanya itu, Indonesia juga bisa menjadi pemain utama produsen makanan halal ke depannya.

"Oleh sebab itu, dibutuhkan penguatan inovasi terhadap produk makanan halal, sehingga dapat diterima di level nasional maupun internasional. Inovasi tidak cukup tanpa meyakinkan pentingnya kualitas, kehigienisan, dan kehalalan sebuah produk, sehingga layak menjadi pilihan masyarakat," sebut Amalia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com