Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Misnah, Pengusaha Tenun Lombok yang Bangkit Setelah Gempa

Kompas.com - 21/12/2018, 06:35 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Misnah, salah satu pengusaha tenun Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat bercerita bagaimana ia bangkit kembali membangun usahanya setelah gempa yang mengguncang Lombok pada Agustus lalu.

Misnah menjelaskan, ia telah merintis usaha tenunnya sejak tahun 2003. Kendati demikian, ia baru menjadi nasabah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk melalui program pemberdayaan nasabah perempuan pada 2013.

Pertama kali, ia mendapatkan modal usaha senilai Rp 3 juta. Ia tak menyangka, keputusannya bergabung menjadi nasabah BTPN Syariah tidak hanya mengembangkan usaha tenunnya, melainkan juga menyemangati dirinya untuk terus majus terutama setelah bencana gempa Lombok.

Baca juga: BTPN Syariah Siapkan Bankir Pemberdaya Dampingi Nasabah Perempuan

"Pemasukan menurun sejak gempa. Pelanggan sudah tidak menghubungi saya lagi," ujar Misnah kepada Kompas.com di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (19/12/2018).

Misnah mengaku, melalui BTPN Syariah ia pun bertemu para bankir pemberdaya atau dikenal juga dengan sebutan Melati Putih Bangsa. Selama masa-masa usahanya mulai menurun, ia merasa memiliki penyemangat dengan adanya bankir pemberdaya.

Kain tenun milik Misnah, pengusaha tenun Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Foto diambil Rabu (19/12/2018). KOMPAS.COM/ RINDI NURIS VELAROSDELA Kain tenun milik Misnah, pengusaha tenun Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Foto diambil Rabu (19/12/2018).

Ia berani menceritakan keadaan usahanya yang akan bangkrut kepada bankir pemberdaya sehingga mereka bisa mengerti alasannya menunggak angsuran dari modal usaha. Tak disangka, bankir pemberdaya tidak pernah memaksa Misnah untuk segera membayar angsuran dari modal usaha yang dipinjamkan.

Bahkan, mereka menjelaskan BTPN Syariah memberikan keringanan pada pengusaha yang terdampak gempa Lombok untuk menunda pembayaran angsuran dan diberikan solusi untuk mulai mempromosikan usahanya melalui media sosial seperti fFcebook dan Instagram.

"Dulu sebelum gempa, saya bisa mendapatkan Rp 15 juta dalam sehari. Saya kirim kain tenun ini ke Sumbawa, Jakarta, luar negeri juga seperti Perancis, Amerika Serikat, dan Italia. Tapi semenjak gempa, dalam seminggu saya hanya mampu mendapatkan Rp 1 juta," kata Misnah.

"Tapi untungnya BTPN syariah itu kayak keluarga. Saya berani curhat ke mereka bagaimana usaha saya yang mau bangkrut. Tapi mereka memberikan semangat, memberi ide juga bagaimana kalau jualan di Facebook. Saya coba. Sekarang sudah mulai normal, promosi kan dibantu suami saya juga yang kerja sebagai tour guide," lanjut dia.

Salah satu pengrajin tenun Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Foto diambil Rabu (19/12/2018).KOMPAS.COM/ RINDI NURIS VELAROSDELA Salah satu pengrajin tenun Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Foto diambil Rabu (19/12/2018).

Saat ini, ia memiliki 300 pengrajin tenun Lombok yang bergabung bersama dirinya. Ia menjual tenun Lombok mulai harga Rp 75.000 hingga Rp 3,5 juta, tergantung pada tingkat kerumitan pembuatan pola kain tenun.

Ia pun bertekad untuk terus mengembangkan usaha tenun Lombok sekaligus menyebarluaskan informasi ke publik jika masyarakat Lombok telah bangkit dari bencana gempa Lombok.

"Saya pengen masyarakat tahu kalau Lombok sudah bangkit. Makanya saya juga jual online. Biasanya pembeli rame itu dari Januari sampai Maret," tambah Misnah.

Seperti diketahui, BTPN syariah mengembangkan model bisnis keuangan inklusif melalui program pemberdayaan nasabah perempuan. Program pemberdayaan perempuan itu telah dimulai sejak 2011 yang diperuntukkan untuk perempuan-perempuan produktif dari keluarga pra-sejahtera.

Para nasabah perempuan terpilih akan mendapatkan modal usaha dengan jumlah minimum Rp 2 juta. Melalui program tersebut, BTPN Syariah memberikan kesempatan kepada perempuan-perempuan Indonesia dari keluarga pra-sejahtera untuk berjuang dan mewujudkan hidup yang lebih baik.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com