Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2018: Start Up Unicorn Indonesia Panen Duit dari Investor

Kompas.com - 26/12/2018, 06:00 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sebagai negara yang saat ini tempat tumbuh subur para perusahaan teknologi rintisan atau start up, membuat beberapa diantaranya bisa menggaet pundi-pundi dari berbagai investor. Apalagi jika perusahaan tersebut berkategori "unicorn" atau dengan valuasi 1 miliar dollar AS.

Ekonomi digital Indonesia diprediksi akan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2025 yakni mencapai angka 100 miliar dollar AS. Proyeksi tersebut disampaikan Google dalam laporannya bersama Temasek di Jakarta, Selasa (27/11/2018). Dengan nilai sebesar itu pada 2025, ekonomi digital Indonesia disebut merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Menurut Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan didorong oleh sektor e-commerce, ride hailing, dan online media.

"Dari sisi Indonesia, tiga tahun lagi yang paling besar adalah online travel, e-commerce, dan ride hailing seperti Go-Jek dan Grab," papar Randy di kantor Google Indonesia, bilangan Sudirman, Jakarta.

Sementara itu, dari 7 perusahaan unicorn di Asia Tenggara, saat ini 4 diantaranya berada di Indonesia. Perusahaan tersebut adalah Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. Melihat karakteristik keempatnya dengan prediksi dari Google-Temasek, layaknya memang sektor e-commerce, ride hiling, dan travel memang cukup besar.

Berikut Kompas.com rangkum kumpulan pendaan yang dilakukan oleh perusahaan unicorn Tanah Air tersebut.

1. Go-Jek

Pada awal tahun 2018, tepatnya bulan Januari, Go-Jek dikabarkan mendapat suntikan dari Google. Meski tak disebut jumlah pastinya, tapi Google tak sendiri, perusahaan mesin pencari itu berbarengan dengan Meituan-Dianping (China) dan Temasek (Singapura). Rumor soal minat Google menanam modal ke Go-Jek pun sudah terendus sejak 2015 lalu.

Menurut sumber-sumber yang familiar dengan persoalan ini, funding round tersebut sudah dimulai semenjak tahun lalu dengan masuknya raksasa internet China, Tencent, pada Maret 2017.

Perusahaan e-commerce JD.com kemudian ikut serta, disusul para investor lain yang sebelumnya sudah menanam modal di Go-Jek, termasuk KKR, Warburg Pincus, Sequoia Capital, Northstar Group, DST Global, dan NSI Ventures.

Sebulan setelahnya, yakni Februari 2018, PT Astra International Tbk (ASII) menyuntik pendanaan ke Go-Jek sebesar 150 juta dollar AS.

"Ini awal dari gabungan industri fisik dan virtual," ujar Nadiem, Senin (12/2/2018). Dia menyebutkan, ada banyak area bisnis yang dapat dieksplor oleh Go-Jek bersama ASII untuk menyediakan layanan yang lebih baik baik untuk driver maupun konsumen.

Mengaspalnya Go-Jek di tiga negara Asia Tenggara yakni Vietnam, Thailand dan Singapura juga jadi pertanda bahwa Go-Jek investasi besar-besaran ingin kuasai pasar ASEAN.

Go-Jek kabarnya ditawari pendanaan seri baru oleh investor existing senilai 1 miliar dollar AS. Hal tersebut diungkap sumber dalam yang enggan jika identitasnya diumbar, di mana ia menyebut bahwa beberapa investor Go-Jek seperti Tencent dari China dan Warburg Pincus dari Amerika Serikat, telah berdiskusi secara informal untuk mendanai ekspansi Go-Jek ke luar Indonesia.

Beberapa investor baru juga disebut-sebut berminat menanam modal sebagai amunisi Go-Jek menaklukkan pasar Asia Tenggara. Belum diungkap siapa saja investor baru yang dimaksud. Go-Jek sendiri dikatakan belum memutuskan apakah ingin menerima dana tambahan atau tidak, sebagaimana dihimpun Kamis (7/6/2018), dari Bloomberg.

Sementara, pada bulan September 2018, Go-Jek dikabarkan sedang mencari suntikan dana segar sebesar 2 miliar dollar AS. Sumber dalam yang familiar akan hal ini menyebut dana tersebut digunakan untuk akselerasi ekspansi Go-Jek di luar negeri. Sayangnya, sumber tersebut enggan menyebut identitasnya karena informasi ini sangat privasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com