Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Ekspor, Menteri Enggartiasto Pimpin Misi Dagang ke AS

Kompas.com - 14/01/2019, 10:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin delegasi Indonesia dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) pada 14-19 Januari 2019.

Kunjungan kerja tersebut merupakan langkah awal meningkatkan kinerja ekspor nasional di tengah kondisi ekonomi dunia yang tahun ini diprediksi melambat.

"Peningkatan kinerja ekspor harus dilakukan sedini dan semaksimal mungkin di tengah kondisi pelambatan pertumbuhan ekonomi global," ujar Enggar dalam keterangan tertulis, Senin (14/1/2019).

Enggar mengatakan, tahun ini pemerintah menargetkan ekspor nonmigas tumbuh 7,5 persen atau senilai 175,9 miliar dollar AS. Neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus sebesar 4,64 miliar dollar AS pada Januari hingga November 2018.

Dalam periode tersebut, ekspor secara keseluruhan tumbuh positif sebesar 7,7 persen dengan nilai ekspor migas sebesar 15,65 miliar dollar AS dan ekspor nonmigas sebesar 150,14 miliar dollar AS.

Baca juga: Naik 4 Kali Lipat, Misi Dagang Kemendag 2018 Tembus Rp 209 Triliun

Dalam kunjungan kerja ini, Enggar dijadwalkan melakukan sejumlah pertemuan, salah satunya dengan Duta Besar Perwakilan Perdagangan AS (USTR Ambassador) Robert Lighthizer. Pertemuan tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti pemberian tarif preferensial yaitu sistem preferensi umum (Generalized System of Preferences/GSP). Diketahui, sebanyak 3.546 produk Indonesia diberikan fasilitas GSP berupa eliminasi tarif hingga 0 persen.

Dalam tujuh bulan terakhir, Pemerintah Indonesia telah melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan AS agar status Indonesia dapat tetap dipertahankan di bawah skema GSP. Program ini memberi manfaat baik kepada eksportir Indonesia maupun importir AS yang mendapat pasokan produk yang dibutuhkan.

Pada Oktober 2017, Pemerintah AS melalui USTR mengeluarkan Peninjauan Kembali Penerapan GSP Negara (CPR) terhadap 25 negara penerima GSP, dan Indonesia termasuk di dalamnya. Pada 13 April 2018, USTR secara eksplisit menyebutkan akan melakukan peninjauan pemberian GSP kepada  Indonesia, India, dan Kazakhstan. Hal ini tertuang dalam Federal Register Vol. 83, No. 82.

Selain itu, Mendag juga dijadwalkan bertemu dengan CEO Kamar Dagang dan Industri (Kadin) AS Tom Donohue, dan para pelaku usaha AS. Enggar juga dijadwalkan bertemu dengan para calon investor potensial.

Enggar juga akan menghadiri seminar mengenai kelapa sawit, menghadiri forum bisnis, dan membuka penjajakan kesepakatan bisnis (business matching).

Kunjungan kerja ke AS tidak hanya diisi dengan pertemuan formal di AS, namun juga diikuti dengan penjualan secara langsung melalui misi dagang. Menurut Enggar, hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil kunjungan kerja.

"Dengan forum bisnis dan business matching, diharapkan para pengusaha dapat bertransaksi secara langsung dan membangun bisnisnya sehingga nantinya dapat meningkatkan kinerja perdagangan kedua negara," kata Enggar.

Sebanyak 15 pengusaha akan turut dalam misi dagang kali ini. Pelaku usaha tersebut bergerak di sektor kelapa sawit, alumunium dan baja, hasil laut, kedelai dan gandum, kapas dan tekstil, kopi, ban mobil, emas dan perhiasan, serta daging sapi. Selain itu, turut serta Badan Pengelola Dana

Perkebunan Kelapa Sawit, Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Indonesia Biofuels Producers Association (APROBI-IBPA), dan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI).

Total perdagangan Indonesia-AS mencapai 25,92 miliar dollar AS, surplus untuk Indonesia sebesar 9,7 miliar dollar AS. Total perdagangan dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren positif sebesar 0,39 persen.

Pada 2017, AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas kedua setelah China dengan nilai 17,1 miliar dollar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke AS, antara lain udang, karet alam, alas kaki, ban, dan pakaian wanita.

Sementara dari segi impor, AS menjadi negara sumber impor nonmigas kelima bagi Indonesia senilai 7,7 miliar miliar. Produk impor utama Indonesia dari AS, antara lain kacang kedelai, kapas, gandum, residu pabrik tepung dan limbah makanan, serta makanan olahan untuk hewan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com