Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulusan Banyak yang Menganggur, Apa Salah SMK Kita?

Kompas.com - 15/01/2019, 06:06 WIB
Yoga Sukmana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Akibatnya, SMK lebih banyak mencetak lulusan, bukan mencetak tenaga kerja.

Ketiga, persolan guru. Bambang mendapatkan informasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa tak banyak guru produktif atau guru yang ahli sesuai bidang kejuruan di SMK tersebut.

"Persentasenya sama bahkan kalah dengan guru normatif. Guru normatif itu guru agama, guru bahasa, guru untuk pelajaran yang bukan inti dari SMK itu," kata dia.

Untuk mengurai satu per satu akar masalah itu, pemerintah pusat  bersama Pemda kata Bambang, sudah memulai melakukan terobosan.  Di antaranya mendirikan SMK-SMK percontohan di beberapa daerah.

SMK percontohan fokus kepada kebutuhan tenaga kerja di daerah tersebut.  Misalnya SMK yang fokus ke industri furniture lantaran daerahnya memiliki keunggulan di bidang usaha furniture.

Sementara terkait dengan keterbatasan guru produksi, pemerintah akan menarik lebih banyak tenaga ahli di bidangnya untuk mengajar atau menjadi instruktur di SMK.

"Banyak orang yang tidak hanya pensiunan, tetapi orang yang sudah bekerja di bidangnya tetapi mau jadi instruktur," kata dia.

Vokasional training

Menteri Hanif melihat pentingnya memperbaiki akses dan mutu vokasional training bagi siswa SMK. Ketiga hal itu yakni kualitas, kuantitas dan persebaran yang merata.

Dari sisi kualitas, Hanif menilai lulusan SMK maupun SDM Indonesia pada umumnya memiliki hal itu. Buktinya kata dia, para pelajar Indonesia kerap berjaya di berbagai ajang olimpiade pendidikan.

Justru kata Hanif, persoalan ada pada kuantitas. SDM yang memiliki kualitas jempolan masih terbatas. Selain itu persebaranya juga hanya terpusat dibeberapa kota

Oleh karena itu, vokasional training harus diperbanyak dan tersebar di berbagai daerah. Hal ini juga penting sembari menunggu perbaikan di SMK.

Baca juga: BPS: Jumlah Pengangguran Berkurang 40.000 Orang

"Kalau ketiga ini tidak sama maka akan terjadi ketimpangan dan problem investasi. Misal investor masuk ke Sukabumi membutuhkan 100 orang yang memiliki standar internasional. Apa akan ketemu? Saya jamin ketemu tetapi mungkin 1, 2 atau 3 orang saja," ucapnya.

Menurut dia, peningkatan mutu vokasional training bagi siswa SMK sangat penting untuk memperbaiki profil ketenagakerjaan di Indoensia.

Saat ini dari 131 juta angkatan kerja pada 2018, sekitar 58 persennya merupakan lulusan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

Sementara itu, rata-rata masyarakat Indonesia yang mengecap pendidikan nasional hanya 8,8 tahun.

"Jadi masih ada pekerjaan kita untuk meningkatkan partisipasi pendidikan formal," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com