JAKARTA, KOMPAS.com - Managing Director Political Economy and Policy Studies Anthony Budiawan menilai kondisi ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi sangat mengkhawatirkan.
Tim ekonomi Prabowo-Sandiaga Uno itu mengatakan, hal itu mengacu kepada defisit neraca perdagangan dan transaski berjalan yang mencapai rekor terburuk.
"Kalau kita lihat defisit dari Desember itu yang mengkhawatirkan," ujarnya dalam acara diskusi Bisnis PAS FM di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Sepanjang 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 8,57 miliar dollar AS. Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia pasca kemerdekaan.
Baca juga: Rekor Terburuk, Defisit Perdagangan RI 8,57 Miliar Dollar AS di 2018
Perdagangan non migas hanya surplus 3,8 miliar dollar AS. Sementara neraca dagang migas justru defisit 12,4 miliar dollar AS.
"Jadi kebijakan (pemerintahan Jokowi) yang saat ini seolah tidak jalan semua. Apa itu yang meningkatkan ekspor atau menekan impor. Ini tidak berjalan semua termasuk kebijakan B20 belum berjalan," kata dia.
Sementara itu angka defisit transaksi berjalan belum resmi dirilis oleh Bank Indonesia. Namun Anthony memerkirakan defisit yang terjadi akan mencapai 32 miliiar dollar AS sepanjang 2018.
"Saya lihat transaksi berjalan di kuartal IV-2018 akan melebihi 10 miliar dollar AS, Sedangkan kuartal III-2018 hanya defisit 8,8 miliar dollar AS," kata dia.
Sebelumnya berdasarkan data yang dimiliki BPS, defisit neraca dagang 2018 merupakan yang terbesar. Indonesia pernah mengalami defisit neracara dagang pada 1975 sebesar 391 juta dollar AS dan pada 2012 sebesar 1,7 miliar dollar AS.
Selanjutnya, pada 2013 terjadi defisit neraca perdagangan sebesar 4,08 miliar dollar AS dan pada 2014 defisit mencapai 2,20 miliar dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.