Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Komoditas Fluktuatif, RI Harus Fokus Kelola Industri Manufaktur

Kompas.com - 21/01/2019, 13:08 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun kondisi ekonomi domestik cenderung stabil di tengah volatilitas perekonomian global, namun untuk bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, Indonesia harus bisa merubah orientasi ekspornya dari komoditas menjadi manufaktur.

Head of Mandiri Institute Moekti Soejachman mengatakan, Indonesia tidak bisa terus menerus bergantung pada harga komoditas untuk mendorong perekonomiannya. Sebab, harga komoditas cenderung fluktuatif dan sangat bergantung pada kondisi perekonomian global.

"Dengan harga komoditas yang turu kita perlu mulai fokus ke manufaktur karena ngga bisa terus menerus memggantungkan ekonomi pada komoditas. Karena harga komoditas relatif fluktuatif. Sementara manufaktur lebih stabil dan biasanya kontrak jangka panjang," ujar Moekti ketika memberi penjelasan kepada awak media di Jakarta, Senin (21/1/2019).

Baca juga: Permintaan Meningkat, Pasar Komoditas RI Diprediksi Tumbuh

Selain itu, Moekti mengatakan, industri manufaktur juga memiliki potensi penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.

Perubahan pola impor salah satu mitra dagang terbar Indonesia, China, juga menjadi pertimbangan lain yang membuat Indonesia harus lebih fakus dalam mengelola industri manufakturnya.

Sebagai catatan, tahun ini laju pertumbuhan ekonomi China diperkirakan melambat dari 6,6 persen tahun lalu menjadi hanya 6 persen tahun ini. Dikutip dari Reuters, pada kuartal IV 2018 pun ekonomi China hanya bisa tumbuh 6,4 persen, terlesu dalam 28 tahun belakangan.

"Pertumbuhan China melambat dan impor mereka juga berubah polanya. Sebelumnya mereka lebih banyak impor bahan baku, sekarang karena memang merubah pola ekonomi dari produksi ke komsumsi, maka impor mereka akan lebih banyak ke barang konsumsi," ujar Moekti.

Baca juga: Data Perdagangan China Pukul Pasar Saham dan Komoditas Dunia

Sektor industri dinilai harus lebig fokus dalam mengelola manufaktur untuk memroduksi barang-barang yang lebih diminati China, yaitu barang konsumsi.

"Itu jangan sampai ketinggalan lagi karena Indonesia beberapa kali ketinggalan dari tren dunia," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com