Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 96 Persen Penerima Puas dengan Program Bantuan Pangan Nontunai

Kompas.com - 28/01/2019, 11:41 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Riset independen MicroSave Consulting menunjukkan bahwa 96 persen Keluarga Penerima Manfaat (KPM) puas dengan program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) selama 2018.

Riset dilakukan pada periode Oktober hingga Desember 2018 di 93 kota/kabupaten dan 25 provinsi. Sampel riset ini sebanyak 2.398 responden dari sekitar 10 juta KPM. Riset juga dilakukan terhadap 779 e-warong yang tersebar di 25 provinsi tersebut. Pengumpulan data dilakukan secara gabungan kualitatif dan kuantitatif.

Manajer dan analis senior MicroSave Consulting, Elwyn Sansius Panggabean mengatakan, jumlah indikator menunjukkan bahwa KPM dan e-warong menilai proses BPNT saat ini mudah dan nyaman sehingga bisa merasakan manfaat positif dari pelaksanaan BPNT tersebut.

"Riset ini ada batasan-batasan, kami hanya melihat dari sudut pandang KPM dan e-warong. Masih ada sudut pandang lain yang bisa dilihat untuk mengevaluasi BPNT," ujar Elwyn di Jakarta, Senin (28/1/2019).

Baca juga: Perluasan Bantuan Pangan Nontunai Tahap IV Capai 54 Kabupaten/Kota

Dari sisi pengeluaran, median pengeluaran bulanan KPM sekitar Rp 700.000 per rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga. Bantuan yang diberikan kepada mereka adalah Rp 110.000 untuk setiap KPM.

Dilihat dari pengeluarannya, kata Elwyn, angkanya masih di bawah batas garis kemiskinan yang ditetapkan Badan Pusat Statistik. Dengan demikian, penyaluran BPNT dianggap sudah tepat sasaran.

"Jadi BPNT ini memang disalurkan ke kelompok miskin. Masih di bawah ketentuan," kata Elwyn.

Dari riset tersebut juga diketahui kontribusi BPNT untuk kebutuhan rumah tangga sekitar 12-29 persen. Khususnya untuk mendapat bahan oangan berupa beras dan telur yang dibeli di e-warong yang kontribusinya bisa mencapai 40 persen. Elwyn mengatakan, umumnya KPM bisa membeli beras 10 kilogram dan telur dengan BPNT itu.

Temuan di lapangan, KPM diberi hak untuk memiliki jenis pangan yang mau dibeli, namun biasanya e-warong sudah membuat paket beras dan telur. Menurut Elwyn, hal ini tidak menimbulkan masalah signifikan bagi KPM karena beras dan telur merupakan kebutuhan utama mereka.

"Malah membantu e-warong mengatur ketersediaan stok dan mempercepat antrean," kata dia.

Selain itu, BPNT juga dinilai banyak membantu perkembangan usaha mikro yang digerakkan KPM. Utamanya bagi perempuan yang merupakan populasi mayoritas penerima manfaat BPNT. Hal ini mengindikasikan BPNT menempatkan dan memberdayakan perempuan sebagai fokus dan meningkatkan posisi mereka dalam rumah tangga.

Di samping itu, BPNT juga membantu meningkatkan keuangan inklusi terhadap masyarakat miskin. Sebab, sebagian besar KPM belum pernah memiliki rekening bank sebelum diberikan Kartu Keluarga Sejahtera.

KKS tak hanya bisa untuk membeli pangan secara nontunai, tetapi juga bisa digunakan untuk menabung. Dalam jangka panjang, hal inu dapat mendorong tercapainya masyarakat nontunai.

"Tapi masih banyak KPM yang belum tahu bahwa KKS bisa untuk menabung. Kurang dari satu persen yang gunakan fasilitas rekening untuk menabung," ucapnya.

"Kalau sosialisasinya lebih baik supaya KPM tahu cara menggunakannya, paling tidak 50 persen peningkatannya untuk penggunaan rekening di KKS," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com