Kita tak bisa misalnya mengubah koperasi sekedar go online ketika gaya kepemimpinan pengurus atau manajernya masih offline. Yang harus dilakukan adalah mengorkestrasi perubahan di sisi tata kelola, kepemimpinan dan terakhir teknologinya. Barulah kemudian koperasi tersebut benar-benar berada dalam habitat online secara total, aspek hard dan soft-nya sekaligus.
Saya berpikir bahwa adaptasi untuk bangun relevansi eksistensial itu dimungkinkan melalui inovasi. Inovasi itu merujuk pada penggunaan cara/ metode/ proses baru sehingga bisa membuat kita lebih produktif. Yang bila dikategorikan, ada yang sifatnya rutin, perbaikan sampai yang radikal/ mendasar.
Modus dasarnya adalah mengeksplorasi dan menyoba segala kemungkinan yang ada. Sehingga kita dituntut berpikir ulang (rethinking) tentang yang sudah biasa kita kerjakan.
Agenda inovasi di koperasi bisa bekerja pada semua aspek. Mulai dimensi kelembagaan, manajerial, strategi, kepemimpinan, SDM, produk, layanan, pemasaran, model bisnis, proses kerja, model edukasi, teknologi, model pendampingan usaha anggota, permodalan, peraturan dan aspek-aspek besar-kecil lainnya. Semua hal itu bisa diinovasi tentu dengan pertimbangkan skala prioritas.
Koperasi perlu melihat berbagai perubahan "yang di luar" itu sebagai tantangan strategis. Kemudian menyusun peta jalan untuk lakukan inovasi di berbagai aspek sehingga lebih siap.
Ada satu contoh menarik bagaimana Koperasi Wanita di Jawa Timur akan gelar lokakarya di bulan Maret mendatang untuk mengkaji model Tanggung Renteng (TR). Sebabnya, banyak anggotanya sekarang sibuk bekerja dan sulit untuk hadiri pertemuan kelompok TR.
Baca juga: Surat dari Anak Muda untuk Menteri Koperasi...
Di sisi lain, mereka melihat bahwa sebagian besar anggota memiliki smartphone. Mereka sedang membayangkan mungkinkah model TR itu diinovasi sehingga menjawab berbagai kendala dan tantangan di lapangan.
Contoh yang lain misalnya sedang diuji coba salah satu koperasi di Purwokerto terkait dengan pendampingan usaha anggota. Mereka melihat bahwa saat ini banyak komunitas wirausaha dan juga grup Whatsapp bisnis. Belum lagi ditambah dengan aneka forum jual beli di media sosial dan market place.
Mereka sedang menyoba hal baru dengan pendekatan kolaboratif; Menghubungkan anggotanya ke berbagai komunitas wirausaha dan berbagai platform digital. Itu berangkat dari kesadaran bahwa koperasi adalah bagian dari ekosistem besar dan kolaborasi multi pihak akan menjadi daya ungkit.
Tempo lalu saya mengisi kuliah online di gerakan koperasi Kalimantan Timur. Difasilitasi oleh Aktivator Koperasi/ PPKL, saya memberi kuliah selama dua jam. Caranya sederhana lewat grup Whatsapp. Inovasi sederhana itu sudah bisa memangkas biaya, dibanding menerbangkan saya dari Purwokerto ke sana. Itu contoh sederhana yang solutif.
Yang ingin saya tunjukkan adalah berbagai inovasi dapat dilakukan pada aspek dan skala yang berbeda-beda. Bahwa ada cara lain yang bisa dilakukan bila kita jeli melihatnya. Bahkan sebagai pengurus/ manajer, Anda tak perlu mengada-ada untuk membuat suatu inovasi. Cukup lempar masalah itu ke seluruh staf dan mintalah mereka berpikir.
Dari sana, brainstorming cerdas akan muncul, sebab mereka mengalami kendala/ masalah secara langsung.
Bayangkan Anda sudah duduk lama di kursi kerja. Maka Anda perlu bangkit dan menggerak-gerakkan badan agar tetap segar. Persis seperti itulah yang terjadi di koperasi saat ini. Inovasi skala kecil atau besar, sama halnya lakukan peregangan otot untuk menjaga badan tetap segar. Apa yang sudah menjadi as usual business, perlu disegarkan kembali.
Beda cerita bila Anda memilih bangkit dari kursi dan lantas lari, itu bisa berakibat fatal. Sebabnya, vitalitas Anda belum optimal, nafas Anda masih pendek, otot-otot belum siap dan peredaran darah belum juga lancar. Sama halnya tanpa persiapan yang cukup, dari segi soft dan hard, koperasi masuki epos Industri 4.0. Hasilnya bisa fatal.
Salah satu gerakan koperasi yang paham persis pentingnya inovasi adalah Credit Union/ Koperasi Kredit. Dulu pilar pembangunan Credit Union itu hanya tiga: Pendidikan, Solidaritas dan Swadaya. Namun tahun 2012 ditambah satu pilar lagi yakni Inovasi.
Sampai kemudian empat pilar itu diinovasi kembali pada tahun 2017 ditambah dengan Persatuan dalam keragaman, jadilah lima pilar. Itu memperlihatkan bagaimana Credit Union di Indonesia begitu inovatif.
Jadi, bila sejak lima tahun lalu sampai sekarang koperasi Anda begitu-begitu saja, saatnya regangkan otot. Di depan sana, tantangan lebih besar sudah menunggu. Mulailah inovasi dari yang kecil/ mudah untuk bangun keyakinan bahwa perubahan itu mungkin dilakukan. Tak perlu menunggu waktu dan klise "bila kami sudah siap", mulailah sekarang juga. Sebab, sejarah tidak memberi diskon!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.