Selain itu ada kontraktor Darma Henwa (Bakrie Group) hingga perusahaan Pangansari Utama yang menyediakan katering untuk karyawan Freeport.
Setiap mitra bisnis Freeport itu mendapatkan keuntungan besar. Ancora International, misalnya, meraup pendapatan Rp 281 miliar dari Freeport pada 2011. Sementara KPI dapat Rp 226 miliar pada 2010 dan Rp 232 miliar pada 2011.
Adapun AKR Corporindo mencatat pendapatan hingga Rp 1,88 triliun dari Freeport pada 2011. Darma Henwa mengantongi kontrak 11 juta dollar AS untuk membangun terowongan dan jalan.
Masa depan
Melihat rantai itu, Ferdy menilai bisnis Freeport tak bisa dimungkiri memiliki kedekatan dengan orang-orang yang ia sebut "kuat" di Republik ini.
Orang kuat yang dimaksud yakni mereka politisi atau pengusaha yang memiliki akses dekati dengan penguasa. Lantaran hal inilah rantai bisnis Freeport manjadi bagian yang menarik.
Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi mengatakan, rantai bisnis Freeport perlu diubah lantaran bisa menjadi sasaran orang-orang yang haus duit.
"Karena itu penting sebab sistem politik kita, pejabat bisa jadi pemburu rente," kata dia di Hotel Century Park, Jakarta
Meski begitu, sejak Desember 2018 lalu, perubahan besar terjadi. Asing tak lagi menjadi pemegang mayoritas saham Freeport. Hal itu setelah Indonesia mengambil alih saham mayoritas Freeport lewat aksi korporasi BUMN Inalum.
Baca juga: ESDM Bantah Indonesia Bisa Dapatkan Freeport Gratis Pada 2021
Ferdy menyakini perubahan ini akan mengubah rantai bisnis Freeport selama ini. Inalum akan menggelar karpet merah untuk BUMN lainnya masuk dalam rantai bisnis Freeport.
Dua BUMN, Pindad dan Dahana bisa menjadi pemasok bahan peledak. Pertamina bisa menjadi menyuplai BBM untuk Freeport, atau Krakatau Steel bisa menjadi pemasok baja untuk Freeport.
"Masuknya Inalum ke Freeport, momen bagus BUMN untuk berkarya. Tinggal bagaimana Inalum transparan dan good governance," kata dia.
Kehadiran-kehadiran BUMN diyakini akan berdampak kepada "pemain lama". Termasuk perusahaan pengangkut konsentrat dari Timika ke Smelter di Gresik, karena ada ketentuan Freeport membangun smelter di Papua.
Tinggal kata dia, menunggu siapa yang akan bertahan dan tersingkir dari rantai bisnis Freeport. Meski begitu ia yakin, mereka yang bertahan adalah orang-orang "kuat", yang tetap dekat dengan kekuasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.