Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Faktor Ekonomi Ini Bisa Bikin Elektabilitas Jokowi Goyah

Kompas.com - 31/01/2019, 17:29 WIB
Yoga Sukmana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Elektabilitas calon presiden Joko Widodo masih unggul dari Prabowo Subianto. Data survei Indikator Desember 2018 misalnya, mengungkapkan elektabilitas keduanya terpaut hingga 20 persen.

Meski begitu pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, selisih 20 persen bukanlah angka yang aman untuk Jokowi.

"Kalau kita bandingkan dengan 2009 saat Pak SBY running for election, Pak SBY 3 bulan sebelumnya itu keunggulannya sampai 50 persen dengan Ibu Mega, bahkan jauh lagi dengan Pak Jusuf Kalla," ujarnya di acara DBS Asian Insight Conference, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Hingga hari pencoblosan 17 April 2019 nanti kata Burhanuddin, semua masih bisa terjadi. Elektabilitas Jokowi bisa saja goyah bila sektor ekonomi, utamanya yang berkaitan dengan inflasi,  tidak dijaga dengan baik.

Baca juga: Jokowi: Pasar Kereta Dunia Luas, Sudah Kita Kuasai

Ia menilai ada 2 faktor ekonomi yang bisa menggoyahkan elektabilitas Jokowi. Pertama kenaikan harga jagung untuk pakan ternak yang bisa berdampak kepada harga daging ayam dan telur.

Belum lama ini para peternak ayam mengeluhkan mahalnya harga jagung. Hal ini berakibat kepada kenaikan harga daging ayam dan telur.

"Kalau ini terjadi terus menerus, bahkan menaikan tingkat inflasi, itu bahaya buat Pak Jokowi," kata dia.

Kedua, faktor kenaikan harga BBM. Sudah jadi rahasia umum kalau harga BBM masih tergantung dengan harga minyak dunia. Bila dalam 3 bulan ke depan harga minyak dunia naik, maka harga BBM bisa naik.

Saat ini menurut Burhanuddin, Jokowi tak punya banyak kemewahan layaknya SBY saat Pilpres 2008 lalu.

Pada 2008 kata dia, harga minyak dunia sempat turun jelang pemilu. Presiden SBY pun mengambil momentum dengan kebijakan populis yakni menurunkan harga BBM 3 kali secara berturut-turut.

Belum lagi, Pemerintahan SBY juga memiliki kartu lain yakni program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang menyentuh langsung masyarakat bawah.

"Nah kemewahan itu enggak dimiliki oleh pemerintahn sekarang. Ada banyak kartu tetapi kartunya bukan cash sehingga tidak ada drama saat dibagikan," kata dia.

Meski begitu, Burhanudin meyakini, pemerintahan Jokowi akan menahan semua kenaikan harga yang bisa berdampak kepada kenaikan inflasi. Setidaknya hingga pemilihan presiden dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Whats New
Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Whats New
Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Whats New
Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Whats New
Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Whats New
Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Whats New
Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Whats New
Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com