Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swiss Surganya Dana WNI, Begini Sejarah Kerahasiaan Banknya...

Kompas.com - 08/02/2019, 13:29 WIB
Yoga Sukmana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS com - Anda suka coklat? tentu anda tahu salah satu negara penghasil coklat terbaik di dunia, ya Swiss. Tapi Swiss tak hanya terkenal dengan coklatnya.

Negara yang dilintasi dipegunungan Alpen ini juga kerap dijuluki The Grandfather of The World’s Tax Havens, lantaran terkenal dengan kerahasiaan banknya.

“If you see a Swiss banker jump out of a window, follow him—there is surely money to be made.” begitu kata Voltaire, filsuf Francis yang menggambarkan kerahasiaan Bank di Swiss.

Hal ini tentu saja menarik banyak orang di dunia untuk menyimpan uangnya di Swiss, tak terkecuali orang Indonesia.

Persoalanya dan sudah jadi rahasia dunia, kerahasiaan itu dimanfaatkan berbagai pihak untuk menyimpan dana hasil tindak pidana. Mulai dari korupsi hingga pidana perpajakan.

Nah bicara soal kerahasiaan bank, Swiss punya sejarah yang panjang. Dikutip dari laporan Tax Justice Network, lembaga yang bergerak dalam bidang advokasi pajak, kerahasiaan bank di Swiss sudah ada sejak 1713.

Saat itu para bankir dilarang mengungkapkan detail klien yang merupakan aristokrat Perancis.

Raja-raja Perancis lah yang menjadi klien paling awal memikmati tradisi kerahasiaan bank-bank di Jenewa.

Pada 1815, aliran dana terus masuk ke bank-bank di Swiss setelah Kongres Wina menyatakan bahwa Swiss mengambil posisi netral di saat Eropa bergejolak akibat perang.

Kaum bangsawan di Eropa menjadi penyuplai dana terbesar ke bank-bank di Swiss. Hal itu terus berlanjut hingga Perang Dunia Pertama pada 1914.

Bahkan Tax Justice Network menulis, aliran dana besar ke bank-bank Swiss terjadi saat Perang Dunia Pertama. Ini terjadi lantaran negara-negara di Eropa menaikkan pajak untuk biaya perang.

Namun orang-orang kaya di Eropa berupa lolos dari keajaiban itu dan membawa uang mereka ke Swiss.

Uniknya, orang-orang kaya dari beberapa negara besar di Eropa punya tempat favorit menyimpan uangnya di Swiss.

Orang Perancis lebih memilih Geneva yang berbahasa Prancis. Sedangkan orang Jerman pergi ke Zürich dan Basel yang berbahasa Jerman.

Adapun orang Italia ke Lugano di selatan Kanton Ticino yang berbahasa Italia.

Di sisi lain, bank-bank Swiss juga menjadikan negara lain yang bertikai sebagai meja putar. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap berbisnis.

Pada 1934, Swiss memberlakukan undang-undang kerahasiaan perbankan dengan ancaman tindak pidana bagi pembocor rahasia bank.

Awalnya UU disebut dibuat untuk melindungi uang orang-orang Yahudi Jerman dari Nazi. Namun Tax Justice Network menuliskan bahwa UU ini diberlakukan lantaran terbongkarnya skandal penggelapan pajak di salah satu bank di Swiss.

Dana Terus Mengalir

Pada Perang Dunia Kedua 1939, aliran dana ke bank-bank Swiss terus terjadi. Bahkan disebutkan bank-bank di Swiss saat itu juga menerima harta rampasan, seperti emas, yang dilakukan oleh Nazi.

Bahkan Hitler disebut memiliki 1,1 miliar Reichsmark di deposito di Swiss.

Sejak era Perang Dunia Kedua, banyak pihak yang mencoba untuk menembus kerahasiaan bank di Swiss. Namun hingga awal tahun 2000-an, Tax Justice Network menulis upaya itu gagal.

Sebelum akhirnya, Swiss mendapat tekanan besar dari AS karena kasus bankir Swiss membantu orang kaya asal AS menghindari pajak pada 2008.

Pada 2013, Swiss menandatangani perjanjian dengan AS yang mewajibkan lembaga keuangan untuk mengungkapkan informasi ke Internal Revenue Service (IRS) AS.

Banyak media yang menyebut kalau era kerahasiaan bank di Swiss telah berakhir. Namun ungkap Tax Justice Network, nyatanya tak sepenuhnya begitu.

Lantaran tradisi yang terjaga sejak abad ke-18, Financial Secrecy Index 2018 masih menempatkan Swiss di posisi pertama sebagai negara dengan tingkat kerahasiaan finansial tertinggi di dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com