Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Lahan Rawa Jadi Solusi Kementan Hadapi Kemarau Panjang

Kompas.com - 12/02/2019, 14:15 WIB
Mico Desrianto,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian (Kementan) yang fokus mencetak sawah di lahan rawa. Langkah itu merupakan salah satu solusi untuk petani menghadapi musim kemarau.

Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Internasional dan Nasional kompak memprediksi Indonesia akan mengalami siklus kemarau panjang, atau yang biasa disebut EL-Nino dalam 5 sampai 10 tahun mendatang.

Ketua KTNA Winarno Tohir mengatakan, cetak sawah di lokasi rawa merupakan langkah tepat. Ia meyakini, lahan rawa mampu bertahan saat menghadapi kemarau panjang dan tersedia dalam jumlah cukup luas.

"Lahan rawa memiliki cadangan air yang berlebih. Sedangkan, lahan biasa membutuhkan alat bantu seperti infrastruktur air sekunder tersier maupun saluran kecil lainnya," jelas Winarno sesuai dengan rilia yang Kompas.com terima, Selasa (12/2/2019).

Kementerian Pertanian (Kementan) menganggarkan Rp 4,9 triliun untuk mengkonversi lokasi rawa menjadi sawah seluas 500.000 hektar (ha). Selain itu, pemerintah memperluas lahan sawah eksisting 6.000 ha.

"Ini sekaligus untuk pengadaan alsintan (alat mesin pertanian), pengembangan embung, dan irigasi-irigasi lainnya," ujar Direktur Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy.

Optimalisasi lahan rawa menjadi sawah ini akan difokuskan di Kalimantan Selatan seluas 300.000 ha, Sumatera Selatan 200.000 ha, dan sebagian kecil di Jambi.

Sedangkan, perluasan areal sawah akan dilakukan di Riau, Sumatera, dan Sulawesi.

"Area rawa menjadi lokasi pengembangan lahan sawah terkini karena memiliki potensi yang besar," ujar dia.

Potensi lahan rawa

Dalam catatan Kementan, luas rawa di Indonesia mencapai 33,4 juta ha yang terdiri atas lahan pasang surut seluas 23,05 juta ha dan rawa lebak seluas 10,35 juta ha.

Meski memiliki tingkat kesuburan yang cukup baik, lahan rawa dinilai masih memiliki kekurangan, yakni kondisi biofisik lahan seperti kemasaman tanah dan kandungan besi yang tinggi. Lalu, masalah air, seperti kekeringan dan genangan.

"Kondisi inilah yang harus ditangani agar produktivitas tanaman di lahan rawa lebih optimal dan produktif," kata Sarwo Edhy.

Sementara, Ketua KTNA Winarno mengatakan produktivitas lahan rawa tak sebanyak ketika menanam di lahan konvensional.

“Untuk satu petak sawah lahan konvensional mampu menghasilkan 6 ton per ha, sedangkan dari lahan rawa hanya 3 ton per ha,” jelas Winarno.

Sebagai solusinya, baik Kementan dan KTNA sepakat harus ada varietas khusus untuk area rawa.

Kementan sendiri mengaku telah menyiapkan varietas Inpara (Inbrida padi rawa) yang merupakan varietas padi adaptif lahan rawa sebanyak sembilan jenis.

"Beberapa padi juga punya hasil yang khusus, seperti Inpara 2 dan 7 yang punya bentuk tekstur nasi pulen, sementara Inpara 1, 3, 4, 8, dan 9 teksturnya pera, lalu tekstur sedang untuk Inpara 5, dan 6 dengan umur panen 114-135 hari," ujar dia.

Selain itu, Kementan menyiapkan teknologi khusus untuk mengatasi sejumlah tantangan menangani lahan rawa, seperti manajemen pengairan, teknologi olah lahan hingga, penyiapan varietas padi unggul untuk rawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com