Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaet Pekerja Informal, BPJS Ketenagakerjaan Gunakan Strategi "Perisai"

Kompas.com - 13/02/2019, 09:30 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


GIANYAR, KOMPAS.com
– Direktur Utama (Dirut) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan, dari 50 juta peserta BPJS Ketenagakerjaan yang terdaftar di Indonesia hanya 34,5 juta peserta yang aktif.

Dari angka itu, 97 persen disumbang dari sektor formal, sementara sisanya 3 persen atau sekitar 3 juta peserta berasal dari sektor informal. 

“Jumlah sebesar itu di sektor informal adalah wajar,  mengingat dari sejak BPJS Ketenagakerjaan berdiri baru 4 tahun belakangan ini kami menerima pekerja di sektor tersebut menjadi peserta,” ujar Agus usai menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan ruang terbuka hijau di Gedung Olahraga Kebo Iwa, Gianyar, Bali, Selasa (12/2/2019).

Agus melanjutkan, masalah BPJS Ketenagakerjaan yang kesulitan merekrut peserta dari bidang pekerja informal merupakan tantangan yang dihadapi seluruh jaminan sosial di berbagai negara bahkan dunia.

Itu terjadi lantaran pekerja di sektor tersebut masuk dalam kelompok difficult group to cover karena mereka bekerja secara mandiri. Meski begitu, Agus menegaskan bahwa BPJS Ketenagakerjaan sudah punya strategi khusus untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Baca jugaGandeng Cermati, BPJS Ketenagakerjaan Sasar Pekerja Informal

“Kami menamakan startegi itu adalah Penggerak Jaminan Sosial Indonesia (Perisai). Jadi Perisai adalah semacam agent. Mereka berfungsi untuk sosialisasi, edukasi dan pendaftaran BPJS ketenagakerjaan. Kami baru menerapkan pada Februari 2018,“ ucap Dirut BPJS Ketenagakerjaan.

Menurutnya, tidak semua orang bisa menjadi agent. Hanya tokoh-tokoh di kelompok atau komunitas yang ada di masyarakat yang bisa menjadi agent BPJS Ketenagakerjaan.

Saat ini, lanjut Agus, sudah ada 4000 agent Perisai di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini sebanyak 3500 yang aktif dan mereka dalam satu tahun sudah berhasil merekrut 600.000 pekerja informal menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

“Tak hanya itu, tingkat keberlanjutan pembayaran premi BPSJ Ketenagakerjaan juga menggembirakan, yakni mencapai 90 persen,” kata dia.

Kata Agus keberhasilan program Perisai tak lepas dari sistem insentif dan fee yang diberikan kepada para agent. Perhitungannya mereka akan mendapatkan uang transportasi Rp 500.000 per bulan jika berhasil mendapatkan 50 orang.

Untuk fee, para agent mendapatkan sebesar 7,5 persen dari uang iuran yang masuk per bulannya dari setiap peserta yang berhasil mereka rekrut.

Baca juga100 Juta Pekerja Indonesia Disasar Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

“Jadi fee ini long life. Mereka para agent hanya bekerja keras di awal saja. Setelah itu mereka tinggal menjaga atau maintance peserta yang berhasil direkrut dengan cara mengingatkan waktu pembayaran,” kata Agus.

Makanya jangan heran, lanjut dia, para agent yang sudah masuk posisi 10 besar terbaik di tingkat nasional rata-rata mendapatkan penghasilan Rp 20 juta per bulan.

Keberhasilan program Perisai BPJS Ketenagakerjaan pun telah mendapat pengakuan dari dunia internasional. Salah satunya dari pemerintah Jepang. Mereka bahkan telah mengundang 10 besar agent  untuk berdiskusi.

“Inovasi (Perisai) ini mendapat perhatian dunia. Saya diundang Organisasi Buruh Dunia (ILO ) untuk menjelaskan Perisai. Minggu depan saya juga diundang pemerintah Jepang untuk menjelaskan atau sharing pengalaman tentang Perisai,” tutup Agus

Gandeng Cermati, BPJS Ketenagakerjaan Sasar Pekerja Informal

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gandeng Cermati, BPJS Ketenagakerjaan Sasar Pekerja Informal", https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/28/161800126/gandeng-cermati-bpjs-ketenagakerjaan-sasar-pekerja-informal
Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita 
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com