Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Prabowo Ini Kelihatannya Kurang Optimis..."

Kompas.com - 17/02/2019, 21:25 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo mengatakan, dengan pembangunan sumber daya manusia yang akan dilakukannya bisa mempersiapkan bangsa Indonesia menuju revolusi industri 4.0.

Dia mencontohkan, untuk menyongsong revolusi industri 4.0, dirinya akan memperkenalkan para petani dengan market place. Diharapkan, para petani bisa memasarkan produknya di situ.

“Sehingga hubungan antara petani dan konsumen semakin dekat, menyiapkan juga usaha mikro untuk tahu memanfaatkan online sitem, sehingga membangun ekositem offline dan offline sangat diperlukan dalam waktu yang cepat. Ini lah proses-proses yang kita kerjakan di lapangan sehingga kita tidak tertinggal dengan negara lain dalam menyongsong revolusi industri 4.0,” ujar Jokowi dalam debat kanditat Pilpres 2019, Minggu (17/2/2019).

Jokowi menambahkan, untuk menyongsong revolusi industri 4.0 selama 4 tahun ini dirinya sudah membangun sistem palapa ring di seluruh Indonesia.

Baca juga: Prabowo: Kami akan Menjamin Pangan Tersedia dengan Harga Terjangkau

“Palapa ring yang sudah dibangun di Indonesia bagin barat, timur, tengah hampir 100 persen, juga sistem 4G yang sudah bangun 74 persen di kabupaten kota yang kita miliki telah kita selsaikan. Kalau tahun ini bisa diselsaikan, kita gampang sekali masuk ke era industri 4.0,” kata Jokowi.

Menanggapi pernyataan Jokowi, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menilai revolusi industri 4.0 malah berdampak buruk bagi rakyat.

Dia mencontohkan, dengan adanya robot, fungsi manusia dalam sebuah pabrik bisa tergerus. Hal itu mengakibatkan masyarakat kehilangan pekerjaannya.

“ Suatu pabrik, pabrik mobil di Jerman yang biasanya punya 15 ribu pekerja bisa diganti dengan robot-robot yang hanya membutuhkan 50 orang pekerja. Ini akan berdampak,” kata Prabowo.

Prabowo menilai, ketimbang membicarakan industri 4.0, lebih baik calon presiden yang nanti terpilih lebih memperhatikan nasib rakyatnya. Sebab, menurut dia saat ini untuk memenuhi kebutuhan pangan, pemerintah masih melakukan impor.

“Bagus kita bicara industri 4.0, tapi saya lebih ingin menjamin Indonesia bisa menyediakan pangannya sendiri tanpa impor-impor dari negara manapun,” ucap Prabowo.

Menanggapi pernyataan Prabowo, Jokowi menilai capres nomor urut 02 itu tidak optimistis.

“Pak prabowo ini kelihatannya ke depan kurang optimis. Kalau saya melihat dengan pembangunan sumber daya alam yang dismpaikan, saya meyakini kita menyongsong revolusi industri 4.0 dengan optimis,” kata Jokowi.

Jokowi mencontohkan, dengan industri 4.0 saat ini petani sudah bisa memasarkan produknya di marketplace. Dengan begitu, produk petani Indonesia akan lebih banyak yang tahun.

“Coba lihat petani sudah memasarkan produk petani dari produsen ke konsumen sehingga harganya bs diangkat. Kredit-kredit fintech peer to peer yang juga sudah bisa langsung diajukan petani. Ini suatu hal yang kongkret yang lebih justru kesemptan buat petani melompat untuk berproduksi, karena diberikan harga lebih baik tidak lewat agen-agen ditengah yang terlalu banyak,” kata Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com