Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Silang Pendapat Jokowi-Prabowo soal Impor Saat Surplus Beras

Kompas.com - 18/02/2019, 08:39 WIB
Yoga Sukmana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan impor beras menjadi salah satu bahasan yang mencuat di debat Pilpres kedua pada Minggu (17/2/2019). Hal ini berawal dari pertanyaan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Kepada Capres nomor urut 01 Joko Widodo, Prabowo menanyakan alasan pemerintah mengimpor komoditas di tengah klaim produksi yang meningkat, termasuk soal beras.

Pertanyaan ini langsung di jawab Jokowi, ia mengklaim bahwa impor beras sejak 2014 terus menurun. Bahkan pada 2018 terjadi surplus produksi beras.

"2018 kemarin produksi beras kita 33 juta ton beras. Konsumsi kita sekitar 29 juta ton. Artinya apa? Ada stok ada surplus sebanyak hampir 3 juta ton. Apa artinya? Kita ini sebetulnya sudah surplus," kata Jokowi.

Baca juga: Prabowo Pertanyakan Alasan Jokowi yang Terus Impor Pangan

Berdasarkan data BPS, impor beras pada 2014 yakni 844.000 ton, 2015 meningkat jadi 861.600 ton, 2016 naik lagi jadi 1,28 juta ton.

Sedangkan pada 2017 angkanya turun jadi 305.500 ton, adapun pada 2018 justru kembali melonjak tinggi hingga 2,25 juta ton.

Lantas kenapa masih impor? Jokowi mengatakan bahwa beras impor tetap dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan stok beras dan untuk menstabilisasikan harga saat terjadi lonjakan.

Termasuk cadangan beras untuk bencana, cadangan untuk gagal panen, dan cadangan bila tanaman padi petani terkena hama.

Baca juga: Darmin soal Harga Beras di Indonesia Mahal: Coba Saja Beli di Jepang...

Mendengar jawaban itu, Prabowo kembali mempertanyakan keberpihakan Jokowi kepada para petani. Sebab para petanilah yang merasakan dampak masuknya beras impor tersebut.

Para petani kata Prabowo, menyuarakan permintaan agar pemerintah tidak mengimpor beras saat panen. Lantaran akan berdampak kepada harga beras petani.

Harusnya ucap Prabowo, dari pada impor, pemerintah memberdayakan produsen yakni para petani dengan membuka lahan baru hingga memberikan benih dan pupuk.

"Jadi ini mungkin falsafah (ekonomi kita) beda, Pak. Kami berpegang kepada bahwa ekonomi harus untuk rakyat, bukan rakyat untuk ekonomi," kata Prabowo.

Menanggapi Prabowo, Jokowi menilai harga beras yang tinggi memang akan menguntungkan petani. Namun disisi lain membebani masyarakat lain sebagai konsumen.

Menurut dia, justru hal yang penting membiat harga beras tersebut tetap menguntungkan petani, namun disisi lain juga tidak memberatkan konsumen. Oleh karena itulah pemerintah harus mencari titik keseimbangan.

Baca juga: Buwas: Sampai Juli Tahun Ini Kita Tidak Impor Beras!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com