Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Kali Berturut-turut Tahan Suku Bunga, Ini Alasan BI

Kompas.com - 21/02/2019, 16:01 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia menahan suku bunga di level 6 persen dalam tiga bulan berturut-turut sejak Desember 2018 hingga awal tahun 2019.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut tetap konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik.

Menurut dia, ada sejumlah hal yang menjadi indikasi bahwa kenaikan suku bunga tidak diperlukan.

"Kita melihat dari aspek aliran masuk modal asing, CAD lebih rendah, suku bunga Fed, dan mekanisme pasar yang semakin berlangsung baik," ujar Perry di gedung BI, Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Baca juga: 2019, Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Turun ke Kisaran 5 Persen

Perry mengatakan, belakangan pertumbuhan ekonomi dunia melambat disertai dengan berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global. Sejalan dengan itu, harga komoditas global diprakirakan menurun.

Termasuk harga minyak dunia, serta normalisasi kebijakan moneter di negara maju yang cenderung tidak seketat perkiraan semula. Ketidakpastian di pasar keuangan global juga berkurang.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global membuat kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan lebih rendah dan pengurangan neraca bank sentral menjadi lebih kecil dari rencana.

"Perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut, di satu sisi memberikan tantangan dalam mendorong ekspor. Namun, di sisi lain meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Perry.

Perry mengatakan, pada kuartal III 2018, transaksi modal mengalami surplus sejalan sejalan persepsi investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap kuat dan ketidakpastian global yang berkurang. Hal ini menyebabkan neraca pembayaran Indonesia mencatat surplus 5,4 miliar dollar AS.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2018 tercatat 9,1 miliar dollar AS atau 3,57 persen PDB sehingga secara keseluruhan 2018 tetap berada dalam batas yang aman sebesar 2,98 persen dari PDB.

Setelah itu, pada Januari 2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 1,16 miliar dollar AS akibat permintaan global yang melambat di tengah permintaan domestik yang tetap kuat. Namun, aliran modal asing masih berlanjut hingga 2,2 miliar dollar AS pada Januari 2019. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2019 tercatat 120,1 miliar dollar AS.

"Ke depan, NPI diprakirakan membaik ditopang defisit transaksi berjalan yang terkendali dan aliran masuk modal asing yang berlanjut sehingga terus dapat menopang ketahanan sektor eksternal," kata Perry.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tetap kuat didukung permintaan domestik dan meninglatnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga.

"Investasi juga tetap tinggi dipengaruhi optimisme investor yang tetap terjaga terhadap prospek ekonomi Indonesia," kata Perry.

Selain faktor di atas, BI menahan suku bunga acuan untuk mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. Dengan aset keuangan yang tetepa menarik, aliran modal masuk asing akan terus berjalan.

"Jadi keputusannya mengenai suku bunga itu adalah masih difokuskan untuk menjaga stabilitas eksternal. Setiap bulan kami akan melihat kembali berbaga data, informasi terbaru dan bagaimana nanti keputusan mengenai suku bunga," kata Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com